Bisnis.com, JAKARTA - Emiten perkebunan kelapa sawit dan industri olah kelapa sawit ini, PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) berhasil mencatatkan kinerja cemerlang selama tahun 2021.
Mengutip dari Laporan Keuangan Tahunan per 31 Desember 2031 yang telah diaudit, STAA mampu mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp5,884 triliun, meningkat sebesar 39,9 persen dari pencapaian tahun 2020 sebesar Rp4,204 triliun.
Selanjutnya, STAA juga mampu meningkatkan pencapaian laba kotor Perseroan menjadi sebesar Rp2,271 triliun, meningkat sebesar 98,2 persen dari laba kotor 2020 sebesar Rp1,145 triliun.
STAA juga mampu menghasilkan peningkatkan profitabilitas Perseroan pada 2021, dengan mencatatkan laba usaha sebesar Rp1,718 triliun, yang berhasil meningkat sebesar 102,3 persen secara YoY dari sebelumnya sebesar Rp849 miliar.
Laba bersih STAA yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi sebesar Rp1,077 triliun, melonjak 162,68 persen dari laba Perseroan tahun 2020 sebesar Rp410 miliar.
Kinerja cemerlang selama tahun 2021 ini salah satunya didukung oleh meningkatnya kapasitas produksi perseroan dengan adanya satu pabrik tambahan yang mulai beroperasi pada Agustus 2021 lalu sehingga meningkatkan kapasitas pabrik pengolahan kelapa sawit Perseroan menjadi 450MT/hari.
Baca Juga
Peningkatan produksi TBS kebun inti Perseroan sebesar 9% menjadi 878 ribu Ton di 2021 juga memberikan kontribusi positif atas kinerja tahun 2021.
Mosfly Ang, Direktur Utama Sumber Tani Agung Resources menyampaikan bahwa peningkatan kinerja ini disebabkan oleh tren harga CPO yang positif di tahun 2021 kemarin.
“Permintaan atas produk minyak sawit secara global diperkirakan tumbuh pada CAGR sebesar 11,6% dalam 5 tahun kedepan. Selain itu, di dalam negeri tren positif ini juga didukung karena adanya kebijakan oleh pemerintah yang berupaya untuk mengurangi ketergantungan energi fosil dengan memproduksi green diesel D100, atau produk bahan bakar diesel yang seluruh komponennya berbasis minyak sawit (CPO),” jelasnya dalam keterangan, Selasa (5/3/2022).
Selain faktor tersebut, Mosfly juga menyampaikan bahwa selama tahun 2021, Perseroan terus melakukan inisiatif-inisiatif untuk meningkatkan efisiensi, baik dari segi operasional maupun dari sisi struktur permodalan Perseroan.
"Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan marjin profitabilitas kami, terutama marjin laba operasi dan marjin laba bersih, dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu,” ujarnya.
Peningkatan kinerja juga karena jumlah permintaan ekspor dan potensi permintaan domestik yang meningkat akibat D100 akan membuat total permintaan atas CPO akan melebihi jumlah produksi nasional. Hal ini akan mengakibatkan harga CPO cenderung meningkat.
Selanjutnya, total aset STAA per 31 Desember 2021 berhasil meningkat menjadi Rp5,858 triliun dibandingkan dengan posisi akhir 2020 sebesar Rp5,082 triliun. Total ekuitas STAA juga meningkat dari Rp2,159 triliun menjadi Rp3,098 triliun per 31 Desember 2021
Di sisi lain, total liabilitas STAA berhasil turun menjadi Rp2,760 triliun pada akhir 2021 dibandingkan dengan posisi akhir 2020 sebesar Rp 2,923 triliun yang disebabkan oleh pelunasan hutang bank jangka pendek Perseroan sebesar Rp156 miliar di tahun sebelumnya dan penurunan hutang bank jangka panjang Perseroan dari Rp2,341 triliun menjadi Rp 2,115 triliun.
Meskipun di tengah pandemi Covid-19, Perseroan mampu mencapai target kinerja selama tahun 2021 dengan menerapkan strategi bisnis yang optimal dan didukung oleh kinerja operasional Perseroan yang sangat baik.
"Hal ini juga didukung oleh harga CPO yang melonjak selama tahun 2021 dan meningkatnya permintaan pada pasar domestik. Kedepannya, momentum ini akan digunakan untuk meningkatkan kinerja perusahaan STAA terutama dalam operasional yang terintegrasi mulai dari sektor upstream hingga downstream karena demand CPO akan terus bertumbuh," tambah Mosfly Ang.