Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mayoritas Bursa Saham Asia Menghijau Pagi Ini, Indeks Hang Seng Memimpin

Indeks Hang Seng Hong Kong bergerak menguat 1,48 persen ke level 22.365,21, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,24 persen ke level 2.746,50 pada pukul 10.18 WIB.
Seorang pejalan kaki berjalan melewati papan ticker elektronik yang menampilkan angka harga saham di luar kompleks Exchange Square di Hong Kong./ Justin Chin - Bloomberg
Seorang pejalan kaki berjalan melewati papan ticker elektronik yang menampilkan angka harga saham di luar kompleks Exchange Square di Hong Kong./ Justin Chin - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham di Asia mendapat dorongan dari reli saham di Hong Kong pada awal perdagangan hari ini, Senin (4/4/2022), didorong oleh langkah China yang meredakan perselisihan dengan AS mengenai audit.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Hang Seng Hong Kong bergerak menguat 1,48 persen ke level 22.365,21, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,24 persen ke level 2.746,50 pada pukul 10.18 WIB. Bursa saham China tutup karena libur nasional hari ini.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik melemah 0,01 persen ke level 7.077,69 setelah sebelumnya dibuka di zona hijau. Indeks Topix menguat 0,06 persen namun Nikkei 225 melemah tipis 0,05 persen.

Saham emiten teknologi China di Hong Kong naik lebih dari 2 persen setelah regulator mencabut larangan akses penuh AS untuk mengaudit perusahaan. Perselisihan tersebut sebelumnya mengancam perusahaan China yang terdaftar di Wall Street.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq 100 berjangka melemah karena pelaku pasar mempertimbangkan prospek sanksi yang lebih keras terhadap Rusia atas perang di Ukraina. Beberapa pemerintah di Uni Eropa mendorong sanksi baru menyusul laporan bahwa pasukan Rusia mengeksekusi warga sipil tak bersenjata di kota-kota Ukraina.

Minyak turun, memperpanjang penurunan yang dipicu oleh pengumuman AS mengenai rilis cadangan strategis untuk melawan dampak lonjakan harga energi. Wabah Covid yang memburuk dan penguncian di China juga menjadi ancaman bagi permintaan.

Sementara itu, kurva imbal hasil Treasury AS memberikan lebih banyak peringatan bahwa pertumbuhan ekonomi akan melambat karena The Fed menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi yang sebagian dipicu oleh komoditas.

Kurva imbal hasil obligasi tenor dua tahun telah melampaui tenor 30 tahun untuk pertama kalinya sejak 2007.

Investor pekan ini menantikan rilis risalah rapat The Fed akhir pekan ini yang membentuk pandangan mengenai kemungkinan kenaikan suku bunga 50 basis poin pada bulan Mei dan memberikan perincian penting tentang bagaimana bank sentral akan memangkas neracanya.

Founder dan direktur Evergreen Consultants Angela Ashton mengatakan wajar jika imbal hasil obligasi naik tajam karena sentimen dari The Fed.

“Pasar masih bergejolak dan ada kemungkinan akan melampaui batas wajarnya,” tulis Ashton, dikutip Bloomberg, Senin (4/4/2022).

Sementara itu Presiden the Fed New York John Williams mengatakan pada hari Sabtu bahwa langkah-langkah lanjutan bank sentral diperlukan untuk membuat suku bunga kembali ke tingkat yang lebih normal.

Hal ini diamini oleh Presiden the Fed San Francisco Mary Daly yang mengatakan bahwa kenaikan inflasi dan pasar tenaga kerja yang ketat memperkuat kemungkinan the Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Mei.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper