Bisnis.com, JAKARTA - Menjelang listing saham initial public offering (IPO) PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 11 April mendatang, pelaku pasar terus memperbincangkan peluang investasi di perusahaan teknologi terbesar di Indonesia ini.
Apalagi harga penawaran umum perdana saham GoTo telah di tetapkan di level Rp338 per saham. Harga tersebut mendekati batas atas IPO saham GoTo di rentang harga Rp316-Rp 346 per saham.
GoTo juga telah mendapat persetujuan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melaksanakan IPO pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Nilai penawaran umum perdana saham dan penjatahan lebih yang ditawarkan kepada investor adalah sebesar Rp15,8 triliun (US$1,1 miliar). Ini menjadikan IPO GoTo sebagai IPO terbesar ketiga di Asia serta kelima di dunia sepanjang tahun 2022 ini.
Kepala Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, penetapan harga saham perdana GoTo tersebut pastinya sudah melalui pertimbangan yang matang. Selain melibatkan para underwriter yang memiliki pengalaman panjang di industri pasar modal Indonesia, penetapan harga itu tentunya juga telah mendapat persetujuan dari para pemegang saham. Terbukti penawaran umum saham yang dilakukan GoTo sukses meraup dana hingga senilai Rp15,8 triliun dan harganya di rentang atas harga penawarannya.
“Penetapan harga IPO GoTo tentunya sudah didasari oleh strategi dari underwriter dan mendapat persetujuan pemegang saham. Harga itu sudah memperhitungkan target investor GOTO dan kondisi pasar modal saat ini, khususnya sentimen terhadap saham teknologi. Kini tinggal investor yang mengambil keputusan, apakah harga itu layak dibeli atau tidak,” kata Marolop, Jumat (1/4/2022)
Baca Juga
Dalam IPO ini GoTo telah menunjuk PT Indo Premier Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Trimegah Sekuritas Tbk sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Ketiga perusahaan tersebut merupakan pemain utama dan sekuritas dengan transaksi harian terbesar di BEI.
Sebagai contoh, selama Februari 2022 total transaksi saham di Mandiri Sekuritas mencapai Rp27,02 triliun, Indo Premier sebanyak Rp27,37 triliun dan Trimegah Sekuritas senilai Rp8,39 triliun. Ketiga sekuritas tersebut memiliki basis investor yang besar, baik institusi maupun ritel.
“Peran underwriter sangat penting dalam proses IPO. Dengan nilai IPO yang cukup besar, basis investor yang dimiliki oleh para underwriter tentunya akan ikut menentukan kesuksesan proses IPO GoTo tersebut,” imbuh Marolop.
Sebagai korporasi berbasis teknologi, GoTo memiliki model bisnis yang berbeda dari kebanyakan perusahaan yang ada di pasar modal. Pembandingnya di BEI juga belum ada. Dengan Bukalapak yang terlebih dahulu IPO pada tahun lalu, bisnis GoTo jauh berbeda. Bukalapak hanya ditopang oleh bisnis ecommerce, seperti halnya jika Tokopedia berdiri sendiri.
Sementara GoTo merupakan gabungan dari tiga segmen bisnis yaitu layanan on demand melaui Gojek, Ecommerce dengan Tokopedia dan Financial Services lewat bendera GoTo Finansial. Layanan Perusahaan menghubungkan lebih dari 55 juta Annual Transacting Users (ATU) dengan 14 juta pedagang terdaftar, dan 2,5 juta mitra pengemudi yang terdaftar per tanggal 30 September 2021.
Laporan iPrice mencatat bahwa pada kuartal ketiga 2021, pengunjung Tokopedia merupakan yang tertinggi, rata-rata sebanyak 158,13 juta pengunjung website per bulan. Bandingkan dengan Bukalapak yang hanya sekitar 30,13 juta pengunjung per bulan.
“Membandingkan saham IPO GoTo dan Bukalapak tentu tidak tepat. Walaupun berada di sektor teknologi, secara fundamental dan model bisnis, GoTo menawarkan peluang pertumbuhan bisnis yang lebih besar. Seperti halnya di banyak perusahaan teknologi di dunia, investasi di saham seperti ini cocoknya untuk jangka panjang,” ujarnya.
Daya tarik terhadap ekosistem bisnis GoTo sebenarnya dapat dilihat dari besarnya minat investor untuk menanamkan modalnya di korporasi ini. Daily Social Annual Report mencatat pendanaan untuk startup di Indonesia sepanjang tahun 2021 mencapai sekitar US$4,1 miliar. Dari jumlah itu, sekitar US$1,3 miliar (sebesar Rp18,46 triliun, kurs Rp14.200 per US$) atau 31 persen diantaranya masuk ke ekosistem GoTo. Sisanya tersebar ke puluhan startup dengan nilai jauh dibawah investasi ke GoTo tersebut.
Dalam IPO di bursa domestik ini, GoTo menawarkan sebanyak 3,43 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah selesainya IPO (tidak termasuk saham tambahan dari opsi penjatahan lebih). Prosentase saham yang kecil ini juga menjadi cara GoTo agar sahamnya di bursa tidak menjadi obyek spekulasi.
Langkah lain yang dilakukan GoTo adalah menetapkan lock up period bagi pemegang saham lama dan pemilik hak suara multiple (SHSM). Periode waktunya antara 8 bulan sampai dengan 2 tahun, tergantung klasifikasi saham yang dimiliki.
Dalam IPO ini GoTo juga akan menjalankan skema greenshoe option dan hak suara multipel (HSM) atau multiple voting shares (MVS). Greenshoe merupakan mekanisme yang memberikan GoTo fleksibilitas untuk menunjuk broker sebagai agen stabilisasi saham selama periode 30 hari sejak saham listing di BEI. GoTo akan mengalokasikan dana stabilisasi saham sebesar US$160 juta atau sekitar Rp2,3 triliun (US$160 juta).