Bisnis.com, JAKARTA - Harga logam mulia emas, pada akhir perdagangan Jumat (1/4/2022) waktu Asia, mencatat kenaikan kuartalan terbesar sejak lonjakan yang dipicu pandemi pada pertengahan 2020 karena kekhawatiran atas melonjaknya harga-harga konsumen dan krisis Ukraina.
Dua hal ini mendukung daya tarik safe-haven logam kuning. Emas dianggap sebagai investasi yang aman selama masa ketidakpastian politik dan keuangan.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak US$15 atau 0,77 persen, menjadi ditutup pada US$1.954,00 per ounce. Emas naik 2,8 persen untuk pengiriman Maret, dan melonjak 6,9 persen untuk kuartal pertama tahun ini.
"Situasi geopolitik telah menjadi penyeret selama sebulan ini dan data inflasi terus meningkat. Jadi sentimen keseluruhan di pasar saat ini adalah orang-orang mencari keamanan," kata Ahli Strategi Pasar Senior RJO Futures Bob Haberkorn.
Rusia mengeluarkan dekrit pada Kamis (31/3/2022), menuntut pembayaran untuk gas alam dalam rubel. Ini menunjukkan bahwa terobosan dalam pembicaraan damai masih jauh.
Departemen Perdagangan AS melaporkan pada Kamis (31/3) bahwa belanja konsumen AS meningkat 0,2 persen pada Februari, menunjukkan inflasi yang tinggi dan mendukung emas.
Baca Juga
Klaim pengangguran awal AS naik 14.000 menjadi 202.000 untuk pekan yang berakhir 26 Maret 2022, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada hari yang sama. Penghitungan minggu sebelumnya dari 188.000 klaim adalah yang paling sedikit sejak 1969.
Indeks manajer pembelian (PMI) Chicago, yang dirilis pada Kamis (31/3/2022), oleh Institute for Supply Management-Chicago naik menjadi 62,9 pada Maret 2022, lebih baik dari yang diharapkan dan membatasi kenaikan emas.
Invasi Rusia, yang dimulai pada 24 Februari 2022, telah memicu reli harga minyak dan logam-logam industri.
"Kita bisa melihat mundurnya emas jika ada beberapa berita positif yang keluar dari konflik Rusia-Ukraina, tapi saya pikir para pedagang akan melihat itu sebagai kesempatan membeli karena ketakutan inflasi," kata Haberkorn.
Sementara itu, Federal Reserve AS telah mengisyaratkan kenaikan suku bunga agresif tahun ini untuk melawan inflasi yang melonjak, yang dikhawatirkan investor dapat mengirim ekonomi AS ke dalam resesi.
Kemunduran dalam imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun yang jadi acuan pada Kamis (31/3/2022) juga mendukung emas.