Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Perkasa Pagi Ini, Amerika Kembali Luncurkan Sanksi Baru untuk Rusia

Selain rupiah, beberapa mata uang lain di kawasan Asia terpantau menguat termasuk yen Jepang yang naik 0,43 persen, dan peso Filipina naik 0,20 persen pada awal perdagangan hari ini.
Karyawati menghitung uang rupiah dan dollar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah dan dollar AS di salah satu bank di Jakarta, Kamis (10/9/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terpantau menguat pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (25/3/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 12 poin atau 0,08 persen ke posisi Rp14.339,50 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar AS terpantau melemah 0,29 persen di posisi 98,5020.

Selain rupiah, beberapa mata uang lain di kawasan Asia terpantau menguat diantaranya yen Jepang yang naik 0,43 persen, peso Filipina naik 0,20 persen, baht Thailand naik 0,14 persen, yen China naik 0,13 persen, dan won Korea Selatan naik 0,10 persen terhadap dolar AS.

Sebelumnya Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan sebagai tanggapan terhadap invasi Rusia ke Ukraina, Presiden AS Joe Biden bisa mengumumkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia di kemudian hari.

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa ia dapat mengalihkan penjualan gas tertentu ke rubel. Alhasil pernyataan tersebut membuat kontrak berjangka Eropa melonjak.

Di Asia Pasifik, Bank of Japan merilis risalah yang menunjukkan bahwa pembuat kebijakan setuju bahwa inflasi konsumen bisa melampaui ekspektasi jika perusahaan meneruskan kenaikan biaya lebih cepat dari perkiraan.

Kemudian, dari dalam negeri Dana Moneter Internasional (IMF) menilai Indonesia berhasil menjaga stabilitas ekonomi dan sektor keuangan di tengah pandemi.

Berdasarkan pernyataan IMF tersebut Bank Indonesia (BI) dan pemerintah menyambut baik dan mengungkapkan pernyataan tersebut akan menjadi berkah tersendiri bagi pemulihan ekonomi pasca Covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina.

Sementara itu, mengutip New York Times,  Amerika Serikat memukul Rusia dengan babak baru sanksi pada Kamis (24/3/2022) waktu setempat, menargetkan lebih dari 300 anggota Parlemen dan puluhan perusahaan pertahanan. Ini dinilai bakal membatasi kemampuan Rusia untuk menggunakan cadangan emas dalam rangka menopang mata uangnya.

Tindakan tersebut, yang datang bersamaan dengan sanksi baru dari sekutu Barat, adalah upaya terbaru untuk menimbulkan kerugian ekonomi pada Presiden Rusia Vladimir V. Putin atas invasinya ke Ukraina. Selain memberlakukan sanksi baru, AS bergerak untuk membatasi kemampuan Rusia untuk menghindari pembatasan yang ada pada bank sentral dan lembaga keuangan utamanya. Ada kekhawatiran bahwa Rusia menemukan cara untuk menstabilkan rubel dan membangun kembali cadangan mata uangnya.

“Amerika Serikat, dengan mitra dan sekutu kami, menyerang jantung kemampuan Rusia untuk membiayai dan melakukan peperangan dan kekejamannya terhadap Ukraina,” Janet L. Yellen, Menteri Keuangan, mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper