Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga The Fed Naik, Begini Prospek Reksa Dana Obligasi

Pasar obligasi dinilai masih positif meskipun The Fed mengerek suku bunga sehingga turut menopang reksa dana pendapatan tetap.
ilustrasi investasi reksa dana
ilustrasi investasi reksa dana

Bisnis.com, JAKARTA – Reksa dana pendapatan tetap diyakini tetap atraktif pasca pengumuman kenaikan suku bunga The Fed dan respons dari Bank Indonesia (BI) yang berdampak positif terhadap kinerja pasar obligasi.

Laporan dari Infovesta Utama pada Senin (21/3/2022) menjelaskan, kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 bps atau 0,25% dalam FOMC pekan lalu dinilai cenderung hawkish, tetapi sesuai ekspektasi.

Target kenaikan suku bunga tahun ini berada di level 1,75% - 2% dan berangsur menurun pada 2023 hingga mencapai target inflasi 2% pada 2024.

Ekonomi yang dinilai sudah cukup kuat dalam melakukan pengetatan moneter menjadi dasar pertimbangan The Fed dalam melakukan pengetatan moneter, meskipun di sisi lain konflik Rusia-Ukraina terus mendorong naiknya harga komoditas global yang juga menjadi faktor pendorong inflasi.

Merespon hal tersebut, Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 3,5% dalam rapat dewan gubernur (RDG) pekan lalu.

Inflasi yang masih terjaga dalam target inflasi BI, yakni 2% - 4% dan kondisi ekonomi dalam negeri yang cukup tangguh menjadi dasar BI memandang saat ini belum waktunya menaikkan tingkat suku bunga demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mendukung pemulihan ekonomi di tengah risiko global imbas perang.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam negeri turut dipertahankan pada kisaran 4,7% - 5,5% sebagaimana outlook kredit dan neraca transaksi yang masih terkendali di mana mengindikasi optimisme regulator di tengah kenaikan harga komoditas.

Seiring dengan hal tersebut, Infovesta menilai instrumen obligasi saat ini masih menarik. Hal ini tercermin dari kenaikan yield yang tidak begitu signifikan atau hanya bertengger di level 6,72%.

“Artinya terlihat optimisme para pelaku pasar seiring dengan ekonomi dalam negeri yang solid,” demikian kutipan laporan tersebut.

Selain itu, dukungan BI dalam memitigasi dampak tapering dan kenaikan suku bunga The Fed juga cenderung berhati-hati. Kemunculan program pemerintah seperti aturan investasi 30% pada SBN untuk investor institusi dan tarif pajak lebih rendah pada tax amnesty jilid II turut menopang pasar obligasi dalam negeri dan reksa dana pendapatan tetap ke depannya.

Infovesta memperkirakan tekanan masih akan tetap terlihat dalam kebijakan pengetatan moneter. Meski demikian, investor dapat menggunakan momentum tersebut untuk buy on weakness terhadap obligasi dengan peringkat, imbal hasil dan likudiitas yang baik.

“Di samping itu, pemilihan tenor pendek juga dapat menjadi opsi,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper