Bisnis.com, JAKARTA — PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA), pengelola Pizza Hut di Indonesia, optimistis penjualan selama momen Ramadan dan Lebaran dapat meningkat 1,5—2 kali lipat dibandingkan dengan bulan biasa.
Sekretaris Perusahaan Sarimelati Kencana Kurniadi Sulistyomo mengemukakan keyakinan perusahaan tidak lepas dari tren positif penjualan sejak akhir 2021 yang berlanjut ke 2022.
Meski belum bisa memperinci besaran kenaikan penjualan ketika relaksasi mobilitas masyarakat diterapkan, dia optimistis perbaikan akan berlanjut pada festive season.
“Dalam dua bulan terakhir bagus, mulai terasa dampak dari pelonggaran PPKM. Sebagai ilustrasi, tahun lalu penjualan selama Ramadan dan Idulfitri lebih tinggi daripada bulan-bulan biasa,” katanya ketika dihubungi, Rabu (16/3/2022).
Sebagai gambaran, penjualan kotor bulanan PZZA sebelum pajak mencapai Rp250 miliar. Dengan kenaikan 1,5 persen, artinya penjualan kotor bisa menembus sekitar Rp430 miliar sebelum pajak.
“Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kita mendapatkan peningkatan penjualan yang lebih baik daripada sebelumnya,” katanya.
Baca Juga
Adapun sampai awal Maret 2022, PZZA telah membuka 14 gerai anyar. Outlet terbaru dibuka belum lama ini di Purwodadi, Jawa Tengah dan Ternate, Maluku Utara.
Perusahaan akan menyeimbangkan penambahan gerai di pulau Jawa dan luar Jawa dan mengalokasikan belanja modal sampai Rp300 miliar untuk penambahan gerai.
Sementara itu, terkait rencana implementasi kebijakan pemerintah menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 11 persen pada April 2022, Kurniadi Belum bisa memperkirakan dampaknya pada penjualan.
Dia mengatakan PZZA akan melihat sejauh mana implementasi kebijakan tersebut dalam kurun tertentu sebelum memutuskan langkah selanjutnya pada strategi bisnis.
“Daya beli masyarakat tentunya akan terpengaruh, bebannya naik 1 persen. Namun bagaimana dampaknya ke penjualan akan terlihat kalau sudah berjalan nanti, setidaknya setahun akan kami lihat bagaimana pengaruhnya ke daya beli,” kata dia.
Sampai akhir kuartal III/2021, PZZA meraup penjualan bersih sebesar Rp2,50 triliun, lebih rendah -6,09 persen dibandingkan dengan periode sama pada 2020 sejumlah Rp2,66 triliun.
Dari segi segmen operasi unit usaha di seluruh Indonesia, wilayah Jakarta dan sekitarnya menjadi kontributor terbesar dangan penjualan bersih mencapai Rp1,00 triliun.
Sementara itu, penjualan Jawa dan Bali menyumbang Rp701,39 miliar, Sumatra berkontribusi sebesar Rp382,79 miliar, Sulawesi Rp192,94 miliar, Kalimantan, Rp167,85 miliar, dan Indonesia Timur Rp54,05 miliar.
Angka pendapatan yang menurun membawa beban pokok penjualan ikut menyusut menjadi Rp861,5 miliar, sementara pada periode sama tahun lalu senilai Rp927,8 miliar. Dengan demikian, laba bruto PZZA berjumlah Rp1,64 triliun, turun tipis dari Rp1,73 triliun.
Adapun laba periode berjalan yang berhasil dibukukan PZZA pada periode ini mencapai Rp13,30 miliar, meningkat daripada periode yang sama tahun lalu ketika mencatatkan rugi senilai Rp8,62 miliar.