Bisnis.com, JAKARTA — Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan dalam pertemuannya pekan ini. Namun kenaikan suku bunga diyakini tidak akan terlalu berdampak signifikan pada pasar modal Tanah Air.
Research Analyst Bahana Sekuritas Muhammad Wafi memperkirakan pelaku pasar cenderung lebih bisa mengantisipasi dampak yang berpotensi muncul. Asia Tenggara dinilai tetap menjadi destinasi investasi yang menjanjikan di tengah ketidakpastian portofolio investasi global.
“Sebelumnya kita sempat ekspektasi ada capital outflow jika The Fed menaikkan tingkat suku bunga, tetapi hal ini ketika konflik geopolitik di Eropa Timur belum terjadi,” kata Wafi, Senin (14/3/2022).
Namun melihat perkembangan konflik Rusia dan Ukraina, Wafi mengatakan investor cenderung melirik pasar yang bisa menguntungkan. Pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menjadi salah satu lokasi yang dinilai potensial sebagai sasaran masuknya investasi.
“Bagaimanapun kenaikan tingkat suku bunga akan berdampak ke capital outflow atau penurunan capital inflow. Namun kami lihat sifatnya sementara karena ada faktor risiko yang lebih besar yang mengganggu keseimbangan portofolio investasi secara global,” tambahnya.
Dia juga mengemukakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia cenderung lebih kuat dalam menghadapi potensi kenaikan tingkat suku bunga AS. Hal ini terlihat dari kinerja keuangan emiten pada 2021 yang relatif lebih baik dan tecermin dari pembagian dividen yang cukup tinggi.
Baca Juga
Menjelang rapat kerja The Fed yang dijadwalkan digelar pada 15—16 Maret 2022, IHSG terpantau bergerak ke zona hijau dengan kenaikan 0,43 persen ke level 6.952 pada penutupan perdagangan Senin (14/3/2022). BEI mencatat total net buy mencapai Rp1,08 triliun pada perdagangan hari ini dan mencapai Rp18,58 triliun sepanjang 2022.