Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas pada akhir perdagangan Jumat (11/3/2022) ditutup melemah, namun berpotensi kembali menguat setelah rilis data ekonomi di AS yang di bawah ekspektasi.
Mengutip data Bloomberg, harga emas Comex tercatat ditutup turun 15,40 poin atau 0,77 persen ke US$1.985 per troy ons. Sementara itu, harga emas spot turun 8,52 poin atau 0,43 persen ke US$1.988,46 per troy ons.
Tim Riset Monex Investindo Futures (MIFX) memperkirakan harga emas masih berpotensi mengalami kenaikan meskipun dibayangi spekulasi kenaikan suku bunga The Fed pekan depan.
The Federal Reserve diekspektasikan tetap akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 0,25 persen pada pertemuan Federal Open market Committee (FOMC) pada pekan depan, walau kekhawatiran kenaikan inflasi akibat perang di Ukraina dan kenaikan harga minyak yang signifikan menyebabkan kondisi ekonomi yang kembali memburuk.
“Tetapi minat beli apsar terhadap aset aman masih berpeluang menjaga minat beli aset logam emas,” tulis tim riset MIFX dikutip Minggu (13/3/3022).
Sementara itu, selain perkembangan konflik Ukraina dan Rusia, pendorong harga emas lainnya adalah laporan Prelim UoM Consumer Sentiment AS yang hasilnya berada di level 59,7 atau lebih rendah dari estimasi di 61,4.
Baca Juga
“Data dirilis lebih buruk dari estimasi, berpotensi memicu kenaikan harga emas,” ungkap MIFX.
MIFX memproyeksikan harga emas berpeluang dijual menguji level support di US$1.970 selama harga tidak mampu menembus level resistance US$1.998.
Namun, bila mampu bergerak lebih tinggi dari level resistance tersebut, harga emas berpotensi dibeli menargetkan level resistance selanjutnya di US$2.012 per troy punce.