Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Caplok Seluruh Saham Star Energy, Ini Rencana Grup Barito di Geothermal

Star Energy tetap fokus pada pengembangan bisnisnya seperti yang sudah direncanakan, termasuk proyek Salak Binary yang diharapkan selesai pada awal 2023.
Mutiara Nabila
Mutiara Nabila - Bisnis.com 13 Maret 2022  |  12:23 WIB
Caplok Seluruh Saham Star Energy, Ini Rencana Grup Barito di Geothermal
Wisma Barito Pacific, kantor pusat PT Barito Pacific Tbk. - barito/pacific.com

Bisnis.com, JAKARTA –  Grup Barito milik konglomerat Prajogo Pangestu baru saja merampungkan pembelian sisa seluruh saham Star Energy. Hal ini bakal mendorong diversifikasi usaha Grup Barito di sektor panas bumi atau geothermal.

Presiden Direktur PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) Agus Salim Pangestu menjelaskan seluruh sisa saham Star Energy diambil alih oleh Green Era, yang merupakan bagian dari Grup Barito. Akusisi bukan dilakukan oleh BRPT, dan kepemilikan saham BRPT di Star Energy tetap seperti sedia kala.

Di sektor geothermal tahun ini, BRPT memiliki rencana mendukung operasional Star Energy sesuai yang sudah ada di pipeline.

“Star Energy akan tetap fokus pada pengembangan bisnisnya seperti yang sudah direncanakan. Di sektor panas bumi, terdapat pula proyek Salak Binary yang diharapkan selesai pada awal 2023 dengan peningkatan kapasitas sebesar kurang lebih 15MW. Ini merupakan upaya Star Energy untuk terus konsisten memenuhi kebutuhan energi bersih Indonesia dan mendukung Indonesia menuju net zero,” jelasnya kepada Bisnis, dikutip Minggu (13/3/2022).  

Agus menambahkan, prospek usaha geothermal sangat baik, dengan target pemerintah Indonesia yang akan beranjak atau transisi ke net zero carbon emission, kebutuhan akan energi bersih akan semakin besar lagi di masa depan. 

Sementara, di Indonesia juga memiliki posisi menguntungkan di bidang geothermal karena memiliki salah satu cadangan panas bumi terbesar di dunia.

“Satu hal yang juga perlu kita perhatikan adalah transisi ke net zero juga perlu didukung oleh financial stability yang baik, karena transisi tersebut memiliki biaya yang tidak sedikit,” ujarnya.

Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk membiayai investasi hijau selanjutnya adalah carbon trading yang juga sedang direncanakan oleh pemerintah saat ini.

“Apabila green credits atau carbon credits memiliki nilai jual yang baik, hasil penjualannya dapat diarahkan untuk eksplorasi lebih banyak lagi energi bersih, seperti misalnya di sektor panas bumi,” tambahnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

star energy geothermal barito pacific prajogo pangestu
Editor : Farid Firdaus

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top