Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rencana Skema Greenshoe untuk IPO BUMN, Sanggup Tahan Harga?

Skema greenshoe digadang-gadang mampu menahan gejolak harga saham IPO BUMN.
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan keterangan pers di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (2/6/2021). Dalam kesempatan tersebut Menteri BUMN menyampaikan sejumlah perkembangan terkait vaksin Sinovac, vaksin BUMN, maskapai Garuda Indonesia, komisaris BUMN dan Asuransi Jiwasraya./ANTARA FOTO-Dhemas Reviyanto
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan keterangan pers di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (2/6/2021). Dalam kesempatan tersebut Menteri BUMN menyampaikan sejumlah perkembangan terkait vaksin Sinovac, vaksin BUMN, maskapai Garuda Indonesia, komisaris BUMN dan Asuransi Jiwasraya./ANTARA FOTO-Dhemas Reviyanto

Bisnis.com, JAKARTA — Rencana Kementerian BUMN menerapkan skema greenshoe saat melakukan penawaran umum perdana (IPO) saham BUMN dinilai bakal cukup efektif menjaga fluktuasi harga. Namun, dalam jangka panjang investor tetap memperhatikan fundamental perusahaan.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menuturkan penggunaan skema greenshoe option dalam IPO BUMN ke depannya memang cukup baik terutama dalam menjaga kepercayaan para investor yang mengikuti penawaran IPO, dengan tujuan berinvestasi.

"Jadi, dengan greenshoe option ini ada pihak yang menjaga stabilitas harga saham umumnya adalah pihak penjamin emisi atau underwriter. Salah satu hal utama dari skema greenshoe ini pihak penjamin emisi dapat melakukan penjualan ataupun pembelian saham selama masa stabilisasi untuk menjaga kemungkinan harga saham yang anjlok," urainya kepada Bisnis, Minggu (6/3/2022).

Lebih lanjut, skema ini dinilai cukup baik dan dapat menekan keraguan para investor yang ingin berinvestasi pada saham-saham BUMN yang akan IPO nantinya.

Senada, Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menuturkan efektivitas greenshoe option cukup baik dalam menjaga harga saham tetap stabil. Hal ini membuat investor tidak perlu panik menjual saham IPO secara terburu-buru.

"Kalau dikatakan efektif memang cukup efektif untuk menstabilkan harga, dengan adanya greenshoe investor tidak membuat investor panik menjual," katanya.

Namun, Azis menegaskan dalam berinvestasi tetap kembali lagi pada prospek dan minat investor pada saham yang baru IPO tersebut. Jangka pendek efektif stabilkan harga, untuk jangka panjang pasti investor akan melihat kembali prospeknya.

Sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengajukan mekanisme opsi lelang tambahan atau greenshoe option saat penawaran umum saham perdana ke publik (IPO) di masa depan.

Usulan ini untuk menghindari terulangnya kasus anjloknya harga saham PT Dayamitra Teknologi Tbk. (MTEL) atau Mitratel saat baru masuk bursa saham.

Wakil Menteri II Kementerian BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan skema greenshoe telah menjadi hal umum dalam pelaksanaan IPO di luar negeri. Hal ini penting karena BUMN tidak dapat melakukan penyediaan likuiditas saat IPO.

"Kami lagi usulkan supaya IPO-IPO (BUMN) ke depan ada porsi greenshoe supaya (perseroan) bisa beli di hari pertama dan kedua. Ke depan, IPO-IPO BUMN ada grenshoe-nya," kata Kartika dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR, Kamis (2/12/2022).

Menurut Tiko, kasus yang menimpa saham Mitratel karena rentang harga saham IPO Mitratel cukup besar mengingat valuasi perusahaan juga besar. Penurunan harga Mitratel saat itu akibat dua faktor, yakni momentum dan ada pengelola investasi global yang melepas saham Mitratel.

Greenshoe option adalah suatu mekanisme opsi penjatahan yang bisa diambil oleh calon emiten dalam masa penawaran umum atau IPO. Greenshoe option adalah opsi penjatahan lebih bagi calon emiten yang akan mencatatkan saham perdananya di BEI. Adapun maksimal penjatahan adalah sebesar 15 persen.

Hal itu mengacu pada aturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No.XI.B.4 tentang Stabilisasi Harga Saham dalam Rangka Penawaran Umum Perdana (IPO).

Langkah ini diambil untuk mengantisipasi fluktuasi harga saham setelah usai masa penawaran umum apabila permintaan terus melonjak. Lazimnya, opsi ini digunakan dalam penjualan saham yang kemungkinan besar bakal mengalami kelebihan permintaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper