Bisnis.com, JAKARTA – Pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa di Ukraina Timur diserang oleh tembakan militer Rusia pada Jumat pagi (4/3/2022) waktu setempat.
Serangan Rusia ini membuat harga-harga komoditas memperpanjang reli besar-besaran mereka karena invasi Rusia ke Ukraina terus mengguncang pasar global dan memicu kekhawatiran krisis pasokan.
Mengutip Bloomberg, Jumat (4/3/2022), indeks Spot Komoditas Bloomberg telah reli lebih dari 9 persen minggu ini. Melonjaknya harga bahan mentah dari minyak mentah ke aluminium dan gandum menambah tekanan inflasi yang sudah meningkat, merugikan konsumen dan memicu kekhawatiran atas perlambatan ekonomi.
Kontrak minyak berjangka di bursa New York melanjutkan kenaikan dan ditutup di bawah US$108 per barel pada Kamis waktu setempat di tengah tanda-tanda bahwa kesepakatan nuklir Iran mungkin sudah dekat.
Pejabat Ukraina mengatakan pasukan Rusia menyerang pembangkit nuklir pada Jumat pagi yang menyebabkan lonjakan minyak dan komoditas lainnya sebelum harga turun sedikit. Minyak mentah naik 19 persen selama minggu ini.
Badan Energi Internasional memperingatkan bahwa keamanan energi global berada di bawah ancaman dan rencana pelepasan cadangan minyak darurat oleh AS dan ekonomi utama lainnya gagal memadamkan kekhawatiran pasokan.
Baca Juga
JPMorgan Chase & Co mengatakan patokan global minyak mentah Brent bisa mengakhiri tahun 2022 di level US$185 per barel jika pasokan Rusia terus terganggu.
Invasi telah bergema di seluruh sektor energi. Perusahaan minyak global termasuk BP Plc, Shell Plc dan Exxon Mobil Corp keluar dari Rusia, pembeli minyak mentahnya mencari alternatif dan biaya pengiriman melonjak. Lukoil PJSC Rusia telah menyerukan “penyelesaian konflik militer dengan cepat.”
Sementara sanksi resmi belum dikenakan pada ekspor energi Rusia, pembeli menghindari minyak mentah negara itu saat mereka menghadapi sanksi keuangan.
Jerman dan Amerika menentang larangan impor minyak Rusia, meskipun dukungan anggota parlemen AS untuk melarang pengiriman ke Amerika semakin meningkat.
“Ancaman terhadap keamanan minyak global dan tekanan pasokan adalah nyata .Kesepakatan nuklir Iran tidak akan menggantikan produksi Rusia yang hilang di pasar internasional dan hanya akan memberikan pelipur lara sementara untuk harga minyak,” kata Jeffrey Halley, analis pasar senior di Oanda Asia Pacific Pte.
Kepala pengawas atom dunia mengatakan perjalanannya pada hari Sabtu ke Teheran dapat "membuka jalan" untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran, sebuah pakta yang akan melihat kembalinya ekspor minyak resmi. Produsen OPEC memiliki jutaan barel minyak yang disimpan di lepas pantai yang dapat mengalir dengan cepat ke pasar yang ketat.