Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Hati-Hati, Saham Emiten IPO Jadi Kurang Atraktif

"Investor di tahun ini nampaknya mengambil langkah yang berhati-hati. Pelajaran ini diambil dari tahun-tahun sebelumnya bahwa beberapa waktu setelah IPO terdapat beberapa saham yang cenderung sideways atau menjadi kurang likuid," ucap Ike
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (8/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (8/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) kedatangan 8 emiten baru dari berbagai sektor sejak awal tahun ini. Dari 8 emiten tersebut, 6 dari 8 emiten baru sahamnya menguat sejak listing.

Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati mengamati, pergerakan 8 saham pendatang baru tahun ini cenderung fluktuatif.

"Investor di tahun ini nampaknya mengambil langkah yang berhati-hati. Pelajaran ini diambil dari tahun-tahun sebelumnya bahwa beberapa waktu setelah IPO terdapat beberapa saham yang cenderung sideways atau menjadi kurang likuid," ucap Ike dihubungi, Rabu (23/2/2022).

Pergerakan saham yang kurang likuid ini menjadi risiko adanya 'saham nyangkut'. Terlebih, lanjutnya, kondisi perekonomian domestik dan luar negeri saat ini masih dibayang-bayangi oleh sentimen negatif dari lanjutan Covid-19 dan ketegangan di Ukraina.

Meski demikian, kata Ike, ada juga saham emiten baru yang menjadi favorit investor seperti PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) yang sudah naik tinggi. Bahkan, karena kenaikan tersebut pula saham ini mendapat Special Notation X atau Securities in Special Monitoring dari BEI.

Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis Setyo Wibowo melihat saham-saham emiten baru menjadi kurang atraktif karena dari sisi valuasi yang terlalu mahal jika dibandingkan dengan emiten yang sudah listing lama.

"Hal ini membuat investor lebih baik memilih saham yang sudah listing dan sudah jelas bagaimana kinerjanya," ucapnya.

Menurut Abdul, tahun ini investor tidak menunggu saham dari sektor tertentu untuk listing, tetapi, lebih kepada prospek, kinerja, dan nilai wajar dari emiten-emiten tersebut.

Dia menilai, jika perusahaan yang akan listing memiliki prospek dan kinerja yang bagus, serta valuasi murah, maka saham ini akan laku di pasar.

Adapun hingga penutupan perdagangan Rabu (23/2/2022), saham dari emiten terbaru bursa PT Adhi Commuter Properti Tbk. (ADCP), ditutup ambles 6,15 persen ke level Rp122 per saham, dari harga IPO Rp130 per saham.

Saham lainnya yang juga ditutup turun pada hari pertama IPO adalah saham PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK) yang tercatat melakukan listing pada 8 Februari 2022. Meski demikian, penurunannya lebih terbatas atau sebesar 2,94 persen.

Hingga saat ini, saham ENAK tercatat telah turun 17,16 persen ke harga Rp710 per saham, dari harga IPO Rp850 per saham.

Adapun 6 saham lainnya yakni ADMR, PT Nusatama Berkah Tbk. (NTBK), PT Mitra Angkasa Sejahtera Tbk. (BAUT), PT Autopedia Sukses Lestari Tbk. (ASLC), PT Semacom Integrated Tbk. (SEMA), dan PT Net Visi Media Tbk. (NETV) menguat di perdagangan hari pertamanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper