Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Strategi Manajer Investasi Racik Produk Reksa Dana Big Cap di 2022

Prospek reksa dana saham dengan aset dasar big cap akan semakin baik apabila investor asing terus melakukan investasi di pasar saham Indonesia.
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/6/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/6/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah perusahaan manajer investasi (MI) meyakini kinerja reksa dana saham dengan aset dasar (underlying asset) saham berkapitalisasi pasar jumbo tetap positif pada tahun ini. Sejumlah strategi telah disiapkan guna memacu tingkat return produk-produk yang ada.

Chief Investment Officer Star AM Susanto Chandra menuturkan, prospek kinerja reksa dana saham dengan underlying big cap di tahun ini cenderung lebih baik.

Selain prospek pemulihan ekonomi, potensi aliran dana asing atau capital inflow ke pasar Indonesia yang lebih baik dibandingkan tahun lalu akan turut menopang kinerja reksa dana saham.

“Prospek reksa dana dengan aset dasar big cap akan semakin baik apabila investor asing terus melakukan investasi di pasar saham Indonesia,” ujarnya saat dihubungi Bisnis pada Rabu (16/2/2022).

Guna memanfaatkan momentum tersebut, Star AM akan memperbesar porsi saham-saham big cap pada produknya. Ia mengatakan, Star AM menentukan porsi saham big cap sebanyak 80 persen – 90 persen dari portofolio produknya.

Susanto memaparkan, efek yang menjadi pilihan perusahaannya adalah efek yang memiliki kapitalisasi pasar yang tinggi, likuiditas yang memadai, serta valuasi efek yang cenderung optimal bila dibandingkan dengan valuasi historis.

Senada, Direktur Utama Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan, prospek reksa dana dengan underlying asset saham big cap tetap menarik seiring dengan pemulihan ekonomi global dan dalam negeri.

Selain itu, arus dana asing juga menunjukkan tren kenaikan sejak awal tahun. Mayoritas dana tersebut juga masuk di saham-saham blue chip yang dominan di sektor perbankan.

Adapun, dalam meracik produk reksa dana sahamnya, Pinnacle menggunakan strategi kuantitatif. Guntur memaparkan, pihaknya memilih untuk berinvestasi ke saham-saham yang terpapar pada sejumlah faktor seperti harga, momentum, kualitas, dan volatilitas.

“Mayoritas dari saham yang masuk dalam kriteria tersebut memang banyak saham-saham big caps,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Avrist Asset Management (Avrist AM) Farash Farich mengatakan, pihaknya akan terus memantau kondisi perkembangan pasar sepanjang tahun ini. Pihaknya akan memilih saham-saham big cap yang secara fundamental menunjukkan tren rebound positif mengikuti pemulihan ekonomi.

“Selain pemulihan ekonomi dan bisnis perusahaan tersebut, kami juga melihat dari sisi valuasi yang tidak mahal,” tambahnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper