Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah katalis diyakini bakal memengaruhi kinerja sejumlah emiten perunggasan pada 2022, seiring prospek positif sektor ini di tengah membaiknya ekonomi. Namun sejumlah tantangan bisa mengganjal realisasi proyeksi ini.
Analis BNI Sekuritas Mikhail Johanes dalam risetnya menyebutkan berlanjutnya pandemi Covid-19 membuat produsen berisiko menanggung beban tingginya biaya produksi yang tidak diikuti dengan serapan pasar.
Harga pakan tercatat stabil tinggi pada 2022. Rabobank memprediksi harga pakan naik sampai 5 persen secara tahunan imbas dari permintaan bahan baku yang lebih kuat dan pasokan yang masih ketat.
Di Indonesia, lanjut Mikhail, produksi daging ayam diramal naik dari 2,8 juta ton menjadi 3,7 juta ton dalam kurun 2020 sampai 2024. Pertumbuhan konsumsi di Indonesia akan didorong sisi industri seperti produksi ayam olahan dan meningkatnya penjualan di ritel modern.
Namun, prospek konsumsi ini perlu diikuti dengan kebijakan pemerintah mengurangi populasi dengan culling dan penetapan harga acuan untuk mencegah oversupply dan volatilitas harga.
“Kami tetap positif terhadap sektor ini seiring dengan pembukaan ekonomi, meningkatnya tren memasak di rumah, dan makin baiknya adopsi teknologi,” tulis Mikhail dalam riset yang dikutip Senin (14/2/2022).
Baca Juga
Untuk menghadapi tantangan Covid-19 yang masih berlanjut, Mikhail mengatakan perusahaan di sektor perunggasan perlu melakukan penyesuaian dari sisi pemasaran dan penyaluran barang.
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) yang memiliki basis pasar yang kuat, operasional yang teritegrasi, efisiensi biaya, ekspansi yang agresif, serta potensi pertumbuhan kinerja menjadi segelintir emiten yang menjadi top picks di tengah prospek ini.
“Tren permintaan global dan kebijakan pemerintah yang akomodatif juga akan mendukung kinerja. Kami menetapkan target harga Rp7.100 untuk CPIN dan Rp1.950 untuk JPFA,” katanya.
Saham CPIN tercatat terkoreksi 50 poin atau turun 0,85 persen menjadi Rp5.800 dengan kapitalisasi pasar Rp95,11 triliun. Saham JPFA juga tercatat melemah 0,94 persen menjadi Rp1.580 dengan kapitalisasi pasar Rp18,53 triliun.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.