Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Jatuh Merespons Inflasi AS Tembus Level Tertinggi 40 Tahun

Indeks harga konsumen (CPI) AS naik 7,5 persen pada Januari 2022 dibandingkan dengan Januari tahun lalu, laju tahunan tercepat sejak 1982.
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat jatuh ke zona merah pada akhir perdagangan Kamis (10/2/2022) waktu setempat merespons data inflasi Amerika yang melonjak di atas level tertinggi 40 tahun.

Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (11/2/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 1,47 persen atau 526,47 poin ke 35.241,59, S&P 500 tergelincir 1,81 persen atau 83,10 poin ke 4.504,08, dan Nasdaq terperosok 2,10 persen atau 304,73 poin ke 14.185,64.

Indeks harga konsumen (CPI) AS naik 7,5 persen pada Januari 2022 dibandingkan dengan Januari tahun lalu, laju tahunan tercepat sejak 1982. Data ini menumpuk tekanan pada bank sentral Federal Reserve untuk bertindak lebih agresif menjinakkan inflasi.

Data yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan CPI melampaui ekspektasi ekonom dengan melonjak di atas level tertinggi 40 tahun sebelumnya sebesar 7 persen pada basis tahunan yang tercatat pada Desember 2021.

Secara bulanan, CPI naik 0,6 persen dibandingkan bulan sebelumnya, peningkatan yang lebih curam dari yang diperkirakan oleh para ekonom, karena orang Amerika membayar harga yang lebih tinggi untuk berbagai macam barang, termasuk makanan, listrik, dan tempat tinggal.

Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang menjadi acuan melonjak menjadi 2 persen untuk pertama kalinya sejak Agustus 2019.

James Bullard, presiden Fed Saint Louis dan anggota pemungutan suara Federal Open Market Committee (FOMC), mengatakan bahwa dia ingin melihat kenaikan suku bunga sebesar 100 basis poin pada 1 Juli 2022. Menurutnya, FOMC bahkan harus mempertimbangkan pertemuan pada pertemuan yang tidak terjadwal sebelum Maret 2022 untuk memulai siklus pengetatan.

“Saya biasanya mengambil pendapat presiden Fed St. Louis Jim Bullard dengan sebutir garam karena dia memiliki sejarah di mana-mana dengan ramalan dan pemikirannya. Dia tidak memilih tahun ini dan dengan demikian sangat relevan untuk diperhatikan,” kata CIO Grup Penasihat Bleakley Peter Boockvar dalam sebuah catatan.

Kepala ekonom Comercia Bank Bill Adams mengatakan, sementara inflasi terus melampaui target Fed pada Januari, pendorong fundamental inflasi mulai membaik. "Ingat, sebagian besar lonjakan harga berasal dari kelangkaan, dan ekonomi membuat langkah besar untuk mengurangi kelangkaan,” jelasnya.

Pendiri Quadratic Capital Management Nancy Davis mengemukakan poin serupa dalam komentar usai rilis CPI.

“Sementara inflasi sangat membebani keputusan kebijakan Federal Reserve, lingkungan inflasi AS saat ini tidak konvensional dan sebagian besar disebabkan oleh gangguan rantai pasokan, sesuatu yang tidak dapat diperbaiki Federal Reserve dengan kebijakan moneter yang lebih ketat,” kata Davis.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg/Yahoo Finance
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper