Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom memperkirakan kebijakan moneter, khususnya suku bunga acuan, akan lebih hawkish pada tahun ini.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah menyampaikan, langkah tersebut dilakukan sebagai respons atas normalisasi kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral global.
Di samping itu, menurutnya, BI juga harus mengantisipasi kenaikan inflasi yang tinggi pada tahun ini. Dia memperkirakan tingkat inflasi berpotensi mencapai lebih dari 4 persen, lebih tinggi dari target BI. Oleh karena itu, Piter memperkirakan BI akan mulai menaikkan suku bunga acuan pada kuartal II/2022.
“Kenaikan suku bunga acuan diperkirakan akan dilakukan BI pada kuartal II, mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan the Fed,” katanya kepada Bisnis, Kamis (10/2/2022).
Piter mengatakan, kenaikan suku bunga acuan tersebut akan mempengaruhi kondisi pasar obligasi korporasi.
“Kebijakan moneter yang lebih ketat akan menyulitkan perusahaan dalam menerbitkan obligasi sebagai alternatif sumber pembiayaan,” katanya.
Baca Juga
Dalam kondisi ini, imbuh Piter, tingkat imbal hasil atau yield obligasi yang ditawarkan korporasi tentunya harus lebih tinggi, sementara peminat dari obligasi masih cenderung terbatas.
Dia menambahkan, obligasi korporasi pun akan bersaing dengan deposito yang menawarkan tingkat bunga yang lebih tinggi.
“Iming-iming yield-nya harus lebih tinggi karena harus berebut dana dengan instrumen lain,” kata Piter.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan BI menjadi salah satu kekhawatiran para pelaku usaha.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan, maka para pelaku usaha telah ancang-ancang menerbit obligasi pada awal tahun 2022.
“Untuk meminimalisir biaya atas bunga, para pelaku usaha menerbitkan obligasi di awal tahun,” katanya.
Josua mengatakan, peningkatan penerbitan obligasi pada awal tahun juga didorong oleh obligasi yang jatuh tempo pada April-September 2022 mendatang, nilainya sekitar Rp82,02 triliun.
Pendukung lainnya adalah proyeksi ekspansi bisnis usaha yang sejalan dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Dengan demikian, para pelaku usaha mulai menarik pendanaan pembiayaan melalui penerbitan obligasi korporasi.