Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dibayangi Omicron dan PPKM Level 3, Bagaimana Prospek Pasar Obligasi Korporasi?

kondisi pasar surat utang atau obligasi khususnya korporasi didukung oleh tingkat likuiditas pasar yang bagus.
ilustrasi obligasi
ilustrasi obligasi

Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi pasar obligasi pada tahun ini diyakini akan tetap kondusif meski dibayangi kemunculan varian omicron dan pemberlakuan PPKM level 3.

Menurut Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto, obligasi korporasi menunjukkan tren pemulihan pada 2021 bila dibandingkan dengan 2020. Emiten-emiten masih menjadikan obligasi sebagai salah satu instrumen untuk memenuhi keperluan refinancing seiring dengan rendahnya biaya emisi atau cost of fund.

Ramdhan mengatakan, kondisi pasar obligasi korporasi di Indonesia pada tahun 2022 masih cukup kondusif untuk perusahaan yang hendak menerbitkan surat utang. Prospek positif tersebut seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang akan berlanjut pada tahun ini.

“Prospek pemulihan akan berdampak pada kenaikan gairah pasar dan perusahaan untuk menerbitkan obligasi,” jelasnya saat dihubungi pada Kamis (10/2/2022)

Selain itu, kondisi pasar surat utang juga didukung oleh tingkat likuiditas pasar yang bagus. Hal tersebut akan berdampak pada serapan obligasi korporasi yang lebih baik sepanjang tahun ini.

Di sisi lain, Ramdhan menilai investor saat ini masih cenderung berhati-hati untuk masuk ke surat utang korporasi. Hal tersebut seiring dengan kenaikan jumlah kasus positif virus corona akibat varian omicron yang berimbas pada pemberlakuan PPKM level 3.

Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran pasar terhadap kelanjutan pemulihan ekonomi Indonesia. Meski demikian, ia menilai dampak sentimen ini terhadap perekonomian Indonesia belum terlalu signifikan sejauh ini.

“Jika perekonomian Indonesia ke depannya tidak terdampak oleh sentimen ini, prospek penerbitannya akan semakin bagus untuk 2022. Kami prediksi jumlah emisi obligasi korporasi bisa tumbuh sekitar 10 persen – 15 persen,” jelasnya.

Selain itu, kebijakan tapering yang dilakukan The Fed juga akan memicu pelemahan imbal hasil surat utang. Akibatnya, biaya yang dikeluarkan emiten untuk emisi obligasi korporasi pun akan meningkat seiring dengan risiko yang semakin besar.

Sebelumnya, Niken Indriarsih, Kepala Divisi Pemeringkatan Korporasi Pefindo menyebutkan prospek emisi obligasi korporasi pada tahun ini masih cukup positif. Seiring dengan hal tersebut, Pefindo memprediksi emisi obligasi pada tahun ini akan kembali mengalami kenaikan.

“Kami mempekirakan jumlah penerbitan surat utang pada 2022 berada di kisaran Rp102,4 triliun untuk asumsi konservatif dan Rp151,2 triliun untuk proyeksi optimistis,” katanya.

Menurutnya, kenaikan emisi obligasi pada tahun 2022 akan ditopang oleh kebutuhan korporasi untuk melakukan refinancing. Hal ini seiring dengan jumlah obligasi korporasi jatuh tempo pada 2022 yang mencapai Rp157 triliun.

Selain itu, ekspektasi pasar terkait kelanjutan pemulihan ekonomi dari pandemi virus corona juga akan meningkatkan minat korporasi untuk menerbitkan surat utang.

Meski demikian, menurutnya, tidak semua perusahaan akan memilih obligasi sebagai sumber refinancingnya. Hal tersebut seiring dengan potensi kenaikan suku bunga The Fed yang dapat meningkatkan risiko dan biaya penerbitan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper