Bisnis.com, JAKARTA – Indeks ESG Sector Leader berpotensi tumbuh ke level 155,50 karena ditopang oleh laju saham emiten-emiten perbankan.
SVP Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan terdapat potensi indeks anyar ESG itu terus menguat. Pasalnya terdapat sentimen positif untuk emiten-emiten sektor perbankan dan sektor pertambangan. Hingga 14.45 WIB, 2 Februari 2021, Indeks ESGL parkir di posisi 136,15.
“Harusnya dengan beberapa saham bank seperti BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI serta saham pertambangan untuk baterai mobil listrik bisa mengangkat performa ESG sektor Leader,” katanya kepada Bisnis pada Rabu (2/1/2022).
Janson menambahkan kenaikan suku bunga akan menjadi sentimen positif untuk sektor perbankan karena net interest margin (NIM) dan return on equity (ROE) akan naik, sementara sentimen inflasi dari kenaikan harga komoditas mendongkrak kenaikan harga nikel dan minyak sawit.
Hal itu tentu menjadi sentimen positif bagi INCO, ANTM dan LSIP yang menjadi konstituen indeks. Namun dia cukup khawatir dengan saham berbasis konstruksi yang sepertinya akan terus melanjutkan pelemahan karena tersandung isu balance sheet keuangan.
“Namun mudah-mudahan market cap-nya tidak terlalu besar yang dapat memengaruhi indeks ESG Sector Leader secara negatif. Maka, harusnya indeks tersebut di 2022 bisa mencapai 155,50,” katanya.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Hasan Fawzi mengatakan meluncurnya dua indeks anyar ESG akan menambah jumlah produk reksa dana dan ETF berbasis ESG.
Berdasarkan data OJK per Oktober 2021, terdapat 15 produk reksa dana dan ETF dengan basis ESG. Adapun total dana kelola atau AUM mencapai Rp3,38 triliun jumlah itu naik berkali lipat dibandingkan dengan realisasi 2017 sebanyak 7 produk dengan dana kelolaan mencapai Rp300 miliar.
Sementara itu, berdasarkan data Yayasan Kehati ada 11 manajer investasi dengan total dana kelolaan Rp2,7 triliun. “Kami harapkan ada lebih dari 11 manajer investasi yang mengadopsi indeks baru ini,” kata Hasan pada Selasa (7/12/2021).
Hasan mengatakan sebelum indeks anyar itu diracik, BEI dan Yayasan Kehati telah melakukan diskusi serta rapat dengan para manajer investasi. Menurutnya, permintaan indeks anyar juga berasal dari para pelaku pasar.