Bisnis.com, JAKARTA – Kompetisi meraih cuan di sektor menara dipastikan makin sengit. Saham tiga emiten menara pun diproyeksikan terkerek seiring dengan upaya menggenjot kinerja tahun ini.
Henan Putihrai Sekuritas memilih PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) sebagai kandidat utama dibandingkan dengan yang lain.
Tim riset Henan Putihrai Sekuritas mengatakan TOWR jauh lebih menarik dibandingkan dengan para kompetitor. Mereka menilai emiten Grup DJarum itu memiliki kelebihan dari sisi marjin laba bersih dan return on equity (ROE).
" Kami memilih TOWR sebagai saham pilihan, dikarenakan superiornya ROE dan Marjin Laba Bersih,” tulis tim dikutip Selasa (25/1/2022). Sebagai informasi, ROE TOWR berada pada posisi 26,2 persen sedangkan TBIG dan MTEL hanya 14,1 persen dan 3,6 persen.
Selain itu, marjin laba bersih TOWR bahkan menyentuh 38,7 persen jika dibandingkan dengan TBIG 23 persen dan MTEL 18,1 persen. Tim Henan Putihrai merekomendasikan beli bagi TOWR dengan target harga Rp1.650.
Meski demikian, Henan Putihrai juga tetap merekomendasikan beli bagi TBIG dengan target harga Rp3.500 per saham dan MTEL sebesar Rp950 per saham.
Baca Juga
“Valuasi TOWR dan MTEL masih relatif di bawah nilai wajarnya apabila dibandingkandengan perusahaan menara telekomunikasi global, yang saat ini valuasi EV/EBITDA 2021 dan 2022 rata-rata sebesar 16,2 kali dan 15,5 kali,” sebut tim.
Sebelumnya, Direktur Investasi Dayamitra Telekomunikasi Hendra Purnama mengatakan perseroan berencana menggelontorkan belanja modal hingga Rp9,9 triliun.
Jumlah itu tiga kali di atas para kompetitor seperti PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR). “Benar belanja modal kami tahun ini dianggarkan sebesar Rp9,9 triliun,” kata Hendra kepada Bisnis belum lama ini.
Hendra mengatakan seluruh belanja modal tahun ini berasal dari dana hasil penawaran umum tahun lalu. Sebagai informasi, perseroan mengantongi dana segar Rp18,8 triliun. Menurutnya dana tersebut akan difokuskan untuk belanja-belanja modal perseroan.
Dari dana Rp9,9 triliun, MTEL mengalokasikan dana sebesar 40 persen atau setara Rp3,96 triliun untuk pembangunan organik. Lalu sebesar Rp4,95 triliun untuk melakukan akuisisi atau pembangunan inorganik. Terakhir, sebesar Rp0,99 triliun untuk belanja lain-lainnya.
Hendra mengungkapkan perseroan akan memperluas cakupan di Jawa dan Luar Jawa. “Kami akan mix antara keduanya, karena pembangunan di luar jawa itu bisa meningkatkan cakupan sedangkan di Jawa bisa memperkuat ataupun pengembangan infrastruktur penunjang lain,” katanya.