Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Cadangan Minyak Mentah dan Bensin di AS Tekan Harga Minyak

Berdasarkan laporan dari Energy Information Administration AS, cadangan bensin di Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar di dunia, melonjak 5,9 juta barel ke level tertinggi sejak Februari 2021. Sementara itu, untuk cadangan minyak mentah naik 515.000 barel.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak berpeluang lanjut bergerak turun di tengah sentimen aksi profit taking para pelaku pasar dibalik meningkatnya cadangan minyak mentah dan bahan bakar di AS.

Sementara itu, sentimen secara keseluruhan masih solid karena kekhawatiran terhadap mengetatnya suplai dan ketegangan geopolitik.

Mengutip data Bloomberg pada penutupan Jumat (21/1/2022), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berdiri di posisi US$85,14 per barel, turun 0,41 poin atau 0,48 persen dari hari sebelumnya. Sedangkan, harga minyak Brent turun 0,49 poin atau 0,55 persen ke US$87,89 per barel.

Berdasarkan laporan dari Energy Information Administration (EIA) AS, cadangan bensin di Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar di dunia, melonjak 5,9 juta barel ke level tertinggi sejak Februari 2021. Sementara itu, untuk cadangan minyak mentah naik 515.000 barel.

EIA juga melaporkan sedikit penurunan dalam operasional kilang, yang indikasikan rendahnya permintaan untuk minyak mentah.

“Namun, untuk penurunan minyak berpeluang terbatas seiring masih adanya kekhawatiran terhadap suplai setelah kelompok Houthi Yaman menyerang Uni Emirat Arab, produsen minyak terbesar ketiga di dalam kelompok OPEC,” terang Analis Monex Investindo Futures (MIFX) Faisyal dalam riset harian, dikutip Minggu (23/1/2022).

Sementara itu Rusia sebagai produsen minyak terbesar kedua dunia, juga telah membangun jumlah tentara yang besar di dekat perbatasan Ukraina, yang memicu kekhawatiran terhadap invansi.

Di sisi lain, International Energy Agency (IEA) pada Rabu (19/1/2022) mengatakan bahwa suplai minyak akan segera melampaui permintaan karena beberapa produsen yang akan memompa pada atau di atas level tertinggi sepanjang masa, sementara permintaan bertahan meskipun ada penyebaran virus Covid-19 varian Omicron.

MIFX memperkirakan harga minyak berpeluang dijual menguji support di US$83,30 di tengah sentimen melonjaknya cadangan minyak mentah dan bensin di AS.

Namun, jika minyak mentah bergerak naik hingga menembus ke atas level US$84,35, berpeluang dibeli membidik resistance di US$84,50 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper