Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Dibuka Hijau, Klaim Pengangguran AS Melebihi Ekspektasi

Laporan klaim pengangguran mingguan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan kenaikan tak terduga.
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) mengawali perdagangan Kamis (13/1/2022) waktu setempat di zona hijau, setelah rilis data mingguan klaim pengangguran AS dan harga grosir barang-barang yang naik.

Berdasarkan data Bloomberg pada 21.31 WIB, indeks Dow Jones Industrial Average dibuka menguat 0,31 persen atau 114,22 poin ke 36.404,54, S&P 500 naik 0,17 persen atau 8,11 poin ke 4.734,46, dan Nasdaq bertambah 0,17 persen atau 25,82 poin ke 15.214,21.

Laporan klaim pengangguran mingguan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan kenaikan tak terduga dalam pengajuan pengangguran pertama kali untuk minggu lalu, yakni meningkat menjadi 230.000. Namun, ini tetap mendekati level prapandemi, dan klaim pengangguran yang berkelanjutan meningkat ke level terendah sejak 1973.

Sementara itu, indeks harga produsen (PPI) Biro Statistik Tenaga Kerja AS untuk Desember 2021 menunjukkan kenaikan 9,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dalam harga grosir untuk akhir 2021, menandai lompatan terbesar dalam catatan data sejak 2010.

Investor juga terus mencerna informasi tentang inflasi harga konsumen yang dilaporkan awal pekan ini. Level inflasi saat ini menunjukkan tingkat kenaikan harga yang tinggi selama beberapa dekade. Sementara itu Gubernur Bank Sentral AS, Federal Reserve Jerome Powell menunjukkan bahwa bank sentral akan melakukan intervensi seperlunya untuk meredakan kenaikan harga.

Indeks Harga Konsumen (CPI) Desember Biro Statistik Tenaga Kerja AS menunjukkan biaya barang naik pada level 7,0 persen pada akhir tahun 2021, menandai level tertinggi dalam empat dekade.

"Saya pikir angka inflasi 7 persen sebagian besar direspons di pasar saham," kata kepala investasi Comerica Wealth Management John Lynch kepada Yahoo Finance Live.

Ian Shepherdson, kepala ekonom di Pantheon Macroeconomics, berbagi pandangan yang sama bahwa tingkat kenaikan harga dapat mereda mulai pertengahan tahun ini, tetapi CPI dapat mencapai 7,2 persen pada Januari 2022 dan Februari 2022, sebelum mengalami penurunan.

Jalan kenaikan besar sudah berakhir, dan itu akan mulai turun di bulan Maret," tulisnya dalam sebuah catatan, mengantisipasi bahwa September bisa mencetak  level 4,5 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg/Yahoo Finance
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper