Bisnis.com, JAKARTA - Rencana IPO PT Pertamina Geothermal Energy pada semester I/2022 ini dinilai bakal menarik bagi pelaku pasar, sekaligus meningkatkan kinerja anak usaha BUMN ini.
Associate Director BUMN Research UI Toto Pranoto menjelaskan Pertamina Geothermal Energy merupakan pemain besar di bisnis panas bumi dan saat ini sudah dikonsolidasikan di bawah subholding Pertamina Power and Renewable Energy.
"Tentu dibutuhkan belanja modal besar untuk membangun kekuatan PGE ini, apalagi ada rencana penggabungan bisnis BUMN geotermal dan PGE termasuk kandidat terkuat sebagai holding. Maka rencana IPO ini saya nilai cukup penting dan strategis buat PGE," urainya kepada Bisnis, Kamis (13/1/2022).
Toto berharap IPO ini bukan hanya memenuhi kebutuhan dana saja, melainkan dengan status terbuka diharapkan kinerja perusahaan negara ini bisa lebih baik karena tuntutan good corporate governance yang lebih besar.
Di sisi lain, dia menilai Indonesia Investment Authority (INA) atau sovereign wealth fund (SWF) Indonesia sangat berpotensi masuk sebagai pemodal baru dan memberikan pembiayaan dalam IPO PGE tersebut.
"Namun, sayangnya INA masih kena freezed karena UU Omnibus Law sedang ditinjau kembali," imbuhnya.
Baca Juga
Dia menilai minat investor semestinya tinggi karena PGE adalah bagian dari pelaku bisnis energi baru terbarukan (EBT). Apalagi, dunia saat ini tengah bergeser ke energi hijau, sehingga potensi PGE sangat baik.
Kementerian BUMN menargetkan dapat melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) pada semester I/2022.
Target dana yang ingin dicapai antara US$400--500 juta atau setara Rp5,72 triliun--Rp7,15 triliun (kurs Rp14.300).
Wakil Menteri BUMN II Pahala Nugraha Mansury menjelaskan Indonesia tengah meningkatkan penggunaan sumber daya energi baru terbarukan (EBT).
Salah satu yang paling mudah dikembangkan yakni menggunakan geothermal, sehingga guna memaksimalkan potensi yang ada, Kementerian BUMN bakal melakukan IPO PGE guna mengumpulkan dana yang dibutuhkan.
"Kami harus kembangkan groundfield, menurut kami geothermal punya potensi untuk dikembangkan, salah satu yang ingin kami kembangkan mengIPO-kan PGE ini," urainya.
Indonesia terangnya, sudah memiliki 1.900 megawatt pembangkit listrik berbasis EBT. Terdapat 672 megawatt yang diproduksi oleh Pertamina Geothermal Energy.
Dari pembangkit tenaga listrik yang sudah ada ini, terangnya, perlu meningkatkan kapasitasnya, karena menjadi yang paling utama dan paling mudah dikembangkan melalui optimalisasi yang sudah dimiliki.