Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekhawatiran Omicron Merembes ke Pasar, Harga Minyak Melemah

Harga minyak mentah merosot setelah tertekan oleh kekhawatiran tentang permintaan yang dipicu oleh kenaikan global yang cepat dalam infeksi virus corona Omicron serta kenaikan pasokan minyak dari Libya.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret melemah 88 sen atau 1,1 persen, menjadi menetap di US$80,87 per barel pada akhir perdagangan Selasa (11/1/2021) waktu Asia Tenggara.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari turun 67 sen atau 0,9 persen, menjadi berakhir di US$78,23 per barel. Pada awal perdagangan, kedua kontrak naik sekitar 50 sen.

Harga minyak mentah merosot setelah tertekan oleh kekhawatiran tentang permintaan yang dipicu oleh kenaikan global yang cepat dalam infeksi virus corona Omicron serta kenaikan pasokan minyak dari Libya.

"Harga minyak mengikuti pasar saham yang lebih rendah di tengah kekhawatiran Omicron," kata Phil Flynn, Analis Senior di Price Futures di Chicago. Dia juga menambahkan pasar mengalami kemunduran dari keuntungan awal sesi perdagangan karena Libya mengatakan hasil produksi minyaknya meningkat.

Kekhawatiran tentang varian virus corona Omicron merembes ke pasar minyak, mendorong harga lebih rendah.

Pekan lalu, harga minyak naik 5,0 persen setelah protes di Kazakhstan mengganggu jalur kereta api dan memukul produksi di ladang minyak negara itu, Tengiz. Sementara pemeliharaan pipa di Libya menurunkan produksi menjadi 729.000 barel per hari (bph) dari tertinggi 1,3 juta barel per hari tahun lalu.

Perusahaan minyak terbesar Kazakhstan Tengizchevroil (TCO) secara bertahap meningkatkan produksi untuk mencapai tingkat normal di ladang Tengiz setelah protes membatasi produksi di sana dalam beberapa hari terakhir, operator ladang minyak tersebut Chevron mengatakan pada Minggu (9/1/2022).

Produksi Libya meningkat pada Senin (10/1/2022), dan kekhawatiran tentang peningkatan produksi Libya menguasai pasar.

Sebelumnya, minyak juga mendapat dukungan dari meningkatnya permintaan global dan penambahan pasokan yang lebih rendah dari perkiraan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+.

Produksi OPEC pada Desember hanya naik 70.000 barel per hari dari bulan sebelumnya, dibandingkan dengan peningkatan 253.000 barel per hari yang diizinkan berdasarkan kesepakatan pasokan OPEC+. Kesepakatan itu memulihkan pengurangan produksi pada 2020 ketika permintaan runtuh selama penguncian Covid-19.

Pemulihan permintaan dan penurunan tajam dalam persediaan minyak telah mendorong struktur pasar untuk Brent dan minyak mentah AS ke dalam keterbelakangan yang dalam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper