Bisnis.com, JAKARTA – Keraguan pasar terhadap rencana kenaikan produksi anggota OPEC dan gangguan produksi di negara produsen berpeluang memicu kenaikan harga minyak global.
Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (6/1/2022) sesi Asia, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,88 poin atau 1,26 persen ke US$78,83 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent tembus US$81,71 per barel usai naik 0,91 poin atau 1,13 persen.
“Minyak naik di tengah skeptisisme pasar terhadap OPEC dan sekutunya dapat berhasil meningkatkan produksi sebanyak yang mereka inginkan,” tulis Tim Riset Monex Investindo Futures (MIFX) dalam riset harian, Kamis (6/1/2022).
OPEC+ pada Selasa (4/1/2022) mempertahankan rencananya untuk menambah 400.000 barel per hari bulan depan setelah memangkas perkiraan surplus pada kuartal pertama.
Namun, laporan baru-baru ini menunjukkan organisasi itu kini sangat terbatas dalam menentuan seberapa besar mereka dapat meningkatkan produksi.
Semakin hari, OPEC makin tidak dapat menunjukkan penambahan pasokan 400.000 barel per hari. Hal itu dinilai bisa menakuti pasar.
Baca Juga
MIFX memproyeksikan, harga minyak berpeluang dibeli menguji level resistance di US$79,30 selama harga tidak mampu menembus level support di US$77,85.
“Namun bila mampu bergerak lebih rendah dari level support tersebut, harga minyak berpotensi dijual menargetkan level support selanjutnya US$77,00. Adapun, rentang perdagangan potensial di sesi AS di kisaran US$77 hingga US$ 79,30 per barel," tulis tim riset.