Bisnis.com, JAKARTA — Emiten menara afiliasi Grup Saratoga, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG), bakal melunasi seluruh obligasi jatuh tempo berdenominasi rupiah menggunakan kas internal.
Direktur Keuangan Tower Bersama Infrastructure Yusman Santoso menjelaskan perseroan memiliki sejumlah obligasi jatuh tempo pada 2022. Salah satunya, obligasi berkelanjutan IV Tower Bersama Infrastructure tahap III tahun 2021 seri A senilai Rp1,89 triliun.
"Semua bond rupiah akan kami lunasi menggunakan kas internal. Apabila kita ada penerbitan bond rupiah lagi. Penggunaannya adalah untuk refinancing pinjaman US$ kami," urainya kepada Bisnis, Minggu (9/1/2022).
Lebih lanjut, dia memastikan obligasi berdenominasi rupiah tetap bakal diterbitkan pada tahun ini, tetapi waktu pelaksanaannya bakal disesuaikan dengan kebutuhan perseroan.
Pada 2022, perseroan memiliki 4 obligasi jatuh tempo dengan total nilai Rp5,51 triliun. Dengan rincian obligasi jatuh tempo pada kuartal I/2022 sebesar Rp1,89 triliun, pada kuartal II/2022 sebesar Rp970 miliar, pada kuartal IV/2022 sebesar Rp1,2 triliun, dan pada kuartal IV/2022 sebesar Rp1,45 triliun.
Adapun, perseroan saat ini memiliki 3 obligasi berdenominasi dolar AS yang jatuh tempo pada 2025, 2026, dan 2027. Emiten bersandi TBIG ini belum ada rencana mengeluarkan obligasi berdenominasi dollar AS lagi.
Baca Juga
Sementara itu, untuk pembayaran global bond tersebut, TBIG memilih bakal melakukan refinancing dengan menerbitkan obligasi baru berdenominasi rupiah. Hal ini guna mengurangi tekanan dari volatilitas nilai tukar rupiah di masa yang akan datang.
Emiten menara itu memiliki 37.983 penyewaan dan 20.049 site pada kuartal III/2021. Site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 19.938 menara telekomunikasi dan 111 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 37.872, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,90.
Selain itu, saldo kas perseroan telah mencapai Rp842 miliar, maka total pinjaman bersih menjadi Rp26,3 triliun dan total pinjaman senior bersih menjadi Rp10,57 triliun.
Adapun rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 1,9x dan total pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,7 kali.