Bisnis.com, JAKARTA – Emiten produsen panel listrik PT Semacom Integrated Tbk. (SEMA) mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 40 kali selama masa pooling penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham.
Direktur Utama Semacom Rudi Hartono Intan mengatakan hal itu menjadi modal perseroan menjadi lebih baik lagi setelah listing nanti dan turut membangun pasar modal Indonesia.
Rudi mengatakan saham SEMA rencananya segera dicatatkan di papan bursa pada 10 Januari 2022 sehingga segera ditransaksikan secara terbuka di pasar. Pencatatan saham itu diagendakan seiring dengan baru berakhirnya masa penawaran umum perdana hingga 6 Januari 2022.
Dalam rangkaian IPO, Semacom menawarkan 3,47 juta lot saham atau 347 juta saham baru yang setara 25,76 persen dari modal disetor setelah IPO. Saham SEMA ditawarkan kepada investor pada harga penawaran Rp180 per lembar saham sehingga raihan nilai total IPO-nya mencapai Rp62,46 miliar.
Selain menerbitkan saham baru, dalam IPO itu perseroan juga menerbitkan Waran Seri I dengan jumlah maksimal 173,50 juta Waran Seri I sebagai pemanis (sweetener) dengan harga pelaksanaan Waran Seri I sebesar Rp230 per saham.
Rudi Hartono mengatakan tingginya minat masyarakat dalam melakukan pemesanan saham SEMA pada periode IPO menunjukkan keyakinan masyarakat akan prospek ke depan perusahaan yang dia pimpin. Apalagi, lanjutnya, dana IPO akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan kinerja seperti untuk membeli persedian, biaya research & development, serta biaya pemasaran dan promosi.
Baca Juga
"Dana yang akan didapat SEMA dari pelaksanaan Waran Seri I, jika dilaksanakan oleh pemegang waran, akan digunakan untuk modal kerja dalam bentuk pembelian persediaan serta biaya pemasaran dan promosi,” ujar Rudi dalam keterangan resmi Jumat (7/1/2022).
Rudi optimistis ke depannya bisnis SEMA akan semakin moncer seiring dengan komitmen pemerintah yang ingin mengoptimalkan sumber EBT sebagai sumber energi alternatif. Terlebih Indonesia menjadi salah satu negara dengan potensi sumber EBT sangat melimpah.
Terkait dengan kinerja keuangan, per Juni 2021 SEMA mampu mencetak pendapatan Rp60,9 miliar atau naik 33,76 persen dari Rp45,53 miliar pada Juni 2020. Untuk laba bruto perseroan tercatat Rp19,36 miliar atau naik dari Rp13,82 miliar pada periode yang sama. Sedangkan untuk laba per saham yaitu sebesar Rp5,93 per lembarnya.
Kemudian total aset perusahaan per Juni 2021 tercatat Rp146,95 miliar, terdiri dari aset lancar Rp118,47 miliar dan aset tidak lancar Rp28,48 miliar. Aset perusahaan meningkat dari Rp141,03 miliar pada periode yang sama setahun sebelumnya.
Sebelumnya Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan peningkatan bauran energi nasional dari sumber EBT pada tahun 2025 sebesar 23 persen dan pada tahun 2050 sebesar 31 persen.
Penggunaan EBT di Indonesia baru mencapai kisaran 13 persen dalam komposisi bauran energi secara keseluruhan. Untuk meningkatkan efisiensi pencapaian target bauran 23 persen di tahun 2025 tersebut, PLN telah menyatakan perlunya penambahan 3.200 Mw modul surya
"Dengan mempertimbangkan potensi bisnis yang ada, dan kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan modul surya sebagai bagian dari energi terbarukan, kami telah mempertimbangkan dan mengkaji pengembangan bisnis untuk pengerjaan Inverter Modul Surya dan BOS (Balance of System) Modul Surya," sambung dia.
Selain itu, SEMA juga membidik pasar mobil listrik dengan memberikan dukungan dalam membangun infrastruktur Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU).
Rencana ini sejalan dengan misi pemerintah untuk mengembangkan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) atau Battery Electric Vehicle untuk Transportasi Jalan, sebagaimana yang tertera dalam Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2019.
"Kami juga membidik pasar penyedia energi melalui produksi baterai untuk keperluan perusahaan telekomunikasi," pungkas Rudi.