Bisnis.com, JAKARTA - Harga saham PT Bukalapak.com Tbk. kembali menjauh dari level Rp500 usai kabar pembelian right issue Allo Bank mereda.
Pada perdagangan sesi I Kamis (6/1/2022) harga saham emiten berkode saham BUKA itu melemah 20 poin atau 4,26 persen ke level Rp450 per saham pada pukul 10.55 WIB.
Emiten teknologi itu ditransaksikan sebanyak 10.570 kali dengan volume perdagangan sebesar 165,1 juta. Adapun nilai transaksi mencapai Rp76,32 miliar.
Dengan demikian, saham Bukalapak sudah tiga hari melemah pada sesi I dalam 4 perdagangan pekan ini. Padahal, saham Bukalapak sempat menguat hingga 18 persen pada Selasa (4/1/2022).
Kala itu, harga saham perseroan kembali ke level Rp500. Berkat sentimen pembelian right issue Allo Bank. Akan tetapi, selanjutnya saham Bukalapak justru melemah.
Presiden Bukalapak. com Teddy Oetomo mengatakan terdapat beberapa aspek yang membuat perseroan tertarik masuk ke Allo Bank.
Baca Juga
“Pertama secara teknologi kami sudah melakukan evaluasi yang hasilnya sangat robust dan sangat menarik. Licence-nya sudah full, produknya sudah jadi, dan ini kita berhasil ramai-ramai membentuk konsorsium membentuk multiple ecosystem di bank ini sehingga memberikan banyak manfaat,” kata Teddy kepada media, Rabu (5/1/2022).
Teddy melanjutkan bahwa konsorsium yang berisi nama-nama prominent seperti Grup Salim, Grup CT Corp, Grab, Traveloka, dan dilengkapi oleh Bukalapak tentunya akan memberikan kemampuan bagi Allo Bank untuk melakukan scoring analysis yang lebih tinggi dengan level approval lebih baik.
Selanjutnya, dengan BUKA memiliki saham di Allo Bank saat ini diharapkan dapat membantu para merchant maupun mitra BUKA untuk mendapatkan pendanaan dan dalam waktu bersamaan meningkatkan permintaan kredit di Allo Bank.
Teddy menjelaskan bahwa keputusan perseroan masuk ke Allo Bank juga dalam rangka ingin memperkuat fasilitas layanan keuangan yang ditawarkan oleh BUKA. Adapun, selama ini Bukalapak telah dikenal sebagai platform e-commerce dan tentunya memerlukan layanan finansial yang robust.
“Layanan finansial itu ibaran aliran darah, bukan hanya bagi perusahaan teknologi tapi ekonomi negara juga perlu financial service yang robust. Sehingga bisa dilihat dari sebelumnya kami mengadopsi ekosistem terbuka, kami bukan tipe single ecosystem,” kata Teddy.