Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dow Jones Cetak Rekor Tertinggi, Nasdaq Tertekan Saham Teknologi

Dow Jones Industrial Average mencatat rekor penutupan tertinggi seiring dengan prospek pemulihan ekonomi.
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan Selasa (4/1/2022) dengan Dow Jones mencatatkan rekor tertinggi baru.

Semalam, S&P 500 turun -0,06 persen menjadi 4.793,53, Dow Jones naik 0,59 persen menuju 36.799,45, dan Nasdaq turun 1,33 persen ke level 15.622,72

Mengutip Yahoo Finance, Dow Jones Industrial Average mencatat rekor penutupan lainnya pada hari Selasa di 36.799,65 poin setelah data ekonomi yang optimis mendorong indeks ke depan karena investor bertaruh pada pemulihan ekonomi yang kuat.

Saham teknologi tersendat untuk menyeret Nasdaq turun 1,3 persen, dalam penurunan terbesar sejak Desember, dan S&P 500 sebagian besar tidak berubah.

Investor mempertimbangkan sejumlah data ekonomi baru dari Washington, termasuk pembacaan baru pada Indeks Manufaktur ISM dan lowongan pekerjaan terbaru Departemen Tenaga Kerja.

Rilis dari ISM menunjukkan manufaktur melambat pada bulan Desember karena penurunan permintaan barang, tetapi kendala rantai pasokan mulai mereda.

Di sisi ketenagakerjaan, data menunjukkan permintaan pekerja secara historis tinggi lagi pada November, dengan rekor 4,5 juta orang Amerika berhenti dari pekerjaan mereka karena kekurangan tenaga kerja terus membebani pengusaha, meskipun dampak dari gelombang virus terbaru belum terlihat.

"Ke depan, gelombang varian Omicron kemungkinan akan menyebabkan beberapa kelemahan jangka pendek di pasar tenaga kerja," Sam Bullard, ekonom senior untuk Wells Fargo, menulis dalam sebuah catatan yang diterbitkan awal pekan ini.

Veteran pasar Jim Bianco dalam sebuah wawancara menyampaikan bahwa langkah-langkah bank sentral menimbulkan ancaman terbesar terhadap reli ekuitas yang panas.

"Saya pikir itu adalah risiko nomor satu saat ini pada 2022," katanya, seraya menambahkan bahwa inflasi yang tinggi kemungkinan akan terus berlanjut dan dapat mendorong The Fed untuk melakukan sesuatu.

"Dalam proses melakukan sesuatu tentang hal itu, itu menempatkan reli pasar saham dalam risiko."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Sumber : Yahoo Finance
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper