Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 0,45 persen atau 30,06 poin ke 6.695,37 pada akhir perdagangan Selasa (4/1/2022).
Sepanjang hari, IHSG bergerak di kisaran 6.675,13-6.720,65. Sebanyak 273 saham hijau, 263 saham merah dan 140 saham bergerak stagnan pada akhir perdagangan hari ini.
Investor asing tercatat membukukan aksi jual bersih Rp542,18 miliar. Saham PT Telkom Indonesia (Perseo) Tbk. (TLKM) menjadi yang paling banyak dilepas asing Rp26,5 miliar.
Kemudian, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) dijual asing Rp21,5 miliar, diikuti saham PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) yang diobral asing Rp20,3 miliar.
Sementara itu, PT Ace Oldfields Tbk (KUAS), PT Primarindo Asia Infrastrcucture Tbk. (BIMA), dan PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) masuk ke jajaran top gainers. Masing-masing saham melejit 26,03 persen, 20 persen dan 17,92 persen.
Di sisi lain, investor asing tampak paling banyak melakukan aksi beli atau net buy untuk saham-saham perbankan. Aksi beli paling banyak dilakukan untuk saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang diborong Rp112,9 miliar sehingga sahamnya menguat 1,02 persen ke level 7.400.
Baca Juga
Kemudian investor asing juga membeli saham BMRI sebesar Rp84,7 miliar, ARTO sebesar Rp78,7 miliar, dan BBNI sebesar Rp67,7 miliar.
Tidak hanya perbankan, investor asing juga terpantau memborong saham EMTK, ASII, ICBP, dan CPIN dengan masing-masing sebanyak Rp65,7 miliar, Rp45,8 miliar, Rp15,4 miliar, dan Rp9,5 miliar.
Sebelumnya, Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang dalam risetnya mengatakan, pembukaan market oleh Presiden Jokowi membuahkan hasil yang manis karena IHSG di awal tahun 2022 menguat sebesar 1,27 persen.
"Di hari kedua di awal tahun 2022, diperkirakan IHSG berpeluang melanjutkan penguatannya, tetapi terbatas," ujar Edwin, Selasa (4/1/2022).
Hal ini seiring dengan naiknya Indeks Dow Jones Industrial Average sebesar 0,68 persen, serta menguatnya harga beberapa komoditas seperti minyak 0,71 persen, batu bara 3,98 persen dan CPO 2,86 persen.
Di lain pihak, lanjutnya, patut dicermati terjadinya kenaikan yield obligasi pemerintah AS yang cukup tajam untuk tenor 2 tahun sebesar 5,98 persen, serta yield tenor 10 tahun naik lebih tajam lagi sebesar 9,26 persen. Hal ini sebagai dampak meningkatnya kasus baru akibat Omicron serta antisipasi naiknya FFR setelah Taper Tantrum selesai.