Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hari Pertama Perdagangan 2022, Harga Emas Langsung Anjlok

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange pada Selasa (4/1/2021) pagi waktu Asia Tenggara, atau anjlok US$28,5 atau 1,56 persen dan ditutup pada US$1.800,10 per ounce.
Emas batangan/Bloomberg
Emas batangan/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Pada perdagangan pertama tahun ini, harga emas anjlok lebih dari satu persen akibat meningkatnya sentimen risiko dan imbal hasil obligasi pemerintah AS dengan investor mengabaikan kekhawatiran seputar dampak varian virus Corona Omicron.

"Imbal hasil obligasi pemerintah yang meningkat, dolar yang lebih kuat, dan sentimen risiko yang meningkat mendorong ekuitas lebih tinggi, memberi tekanan pada pasar emas," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan melonjak ke level tertinggi enam minggu di atas 1,6 persen, mengurangi daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Alhasil, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange pada Selasa (4/1/2021) pagi waktu Asia Tenggara, atau anjlok US$28,5 atau 1,56 persen dan ditutup pada US$1.800,10 per ounce. Harga spot emas pun merosot 1,5 persen menjadi diperdagangkan di US$1.800,68 per ounce pada pukul 18.37 GMT.

Meskipun kasus virus Corona melonjak, jumlah kematian dan rawat inap dari varian Omicron relatif rendah sehingga membuat banyak pemerintah berhenti memberlakukan penguncian. Haberkorn mengatakan investor memperkirakan gelombang virus corona baru bersifat sementara.

Sementara itu, dolar AS yang menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, juga membuat emas lebih mahal bagi pembeli luar negeri, mengikuti imbal hasil obligasi pemerintah karena investor mengantisipasi Federal Reserve AS akan tetap berada di jalur kenaikan suku bunga pada tahun 2022.

Harga emas menandai penurunan tahunan terbesar sejak 2015 pada 2021, mengakhiri tahun dengan turun 3,6 persen.

Analis UBS Giovanni Staunovo mengatakan kenaikan suku bunga AS dan penurunan inflasi AS selama 2022 dapat membebani emas, memperkirakan harga emas di 1.650 dolar AS pada akhir tahun.

Beberapa investor memandang emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang lebih tinggi, tetapi emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS, yang meningkatkan biaya memegang komoditas.

Logam mulia selain emas, perak untuk pengiriman Maret turun 54,2 sen atau 2,32 persen, menjadi ditutup pada US$22,81 per ounce. Platinum untuk pengiriman April turun 12,2 dolar AS atau 1,26 persen, menjadi ditutup pada US$954 per ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper