Bisnis.com, JAKARTA - Emiten farmasi BUMN, PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) menargetkan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue dapat rampung pada kuartal II/2022. Selain itu, perseroan juga tengah menjajaki calon investor baru.
Direktur Keuangan Kimia Farma Lina Sari mengungkapkan rencana rights issue perseroan kian dekat dan optimistis dapat rampung pada tahun depan.
"Rencana rights issue kami perkirakan akan selesai di kuartal II/2022. Untuk investor masih dalam proses pendekatan dimana beberapa investor sudah menandatangani Non Disclosure agreement [NDA]," urainya kepada Bisnis, Rabu (29/12/2021).
Pemerintah tidak akan melaksanakan jatah rights issue sehingga perseroan menjajal kedatangan investor strategis baru untuk dapat menyerap saham baru yang tidak diambil pemerintah.
Dia juga menyebut Bio Farma sebagai pemegang saham pengendali belum memberikan komitmen untuk mengambil rights issue OWK.
Ini artinya, Bio Farma siap terdilusi jika tidak mengambil jatah HMETD-nya. Kendati tidak mengambil saham baru, Bio Farma tetap akan menjadi pemegang saham mayoritas.
Baca Juga
Sebelumnya, KAEF mendapatkan restu untuk menerbitkan saham baru dalam skema HMETD dari para pemegang saham. Pada Rabu 18 Agustus 2021.
RUPSLB menyetujui KAEF untuk menerbitkan saham baru dalam rangka peningkatan modal dengan HMETD untuk jumlah maksimal 2.779.397.000 saham seri B dengan nilai nominal sebesar Rp100 per saham.
Dana yang diperoleh akan digunakan untuk memenuhi pembayaran pinjaman KAEF yang jatuh tempo, modal kerja Perseroan serta pengembangan usaha termasuk dalam rangka transformasi digital dan sistem teknologi informasi.
Rencana KAEF menggelar penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue dinilai menjadi langkah strategis yang menguntungkan perusahaan dan investor.
Mengingat aksi ini merupakan bagian dalam penawaran obligasi wajib konversi (OWK) OWK. Alhasil berpotensi membuat KAEF memperbesar jumlah saham beredarnya atau free float. Saat ini, publik mengendalikan 9,97 persen saham BUMN farmasi tersebut.
Lina Sari mengungkapkan rencana penerbitan OWK KAEF ini dapat menguntungkan investor dan perseroan.
"KAEF menerbitkan OWK agar investor memiliki investment horizon yang lebih panjang dengan demikian diharapkan pada saat dilakukan konversi, harga konversi akan lebih optimal," jelasnya.
Selain itu, dampak yang akan diperoleh KAEF tentunya struktur leverage perseroan akan lebih bagus. Artinya akan ada penurunan leverage sekaligus penurunan beban bunga.
Hal ini lantaran pemegang OWK yang tidak langsung mengkonversi obligasinya menjadi saham membuat perseroan tidak terbebani kewajiban membayar bunga obligasi secara berkala. Salah satu syarat OWK adalah kupon bunga yang rendah atau tidak ada kupon sama sekali.
Saat dikonfirmasi, apakah besaran dana rights issue yang diincar perseroan bisa mencapai Rp6 triliun, Lina menyebut besaran tersebut merupakan dana maksimal yang dapat diraup.
"Itu baru ancer-ancer saja, maksimal ya, tapi tergantung kondisi nantinya," imbuhnya.
Pada perdagangan Rabu (29/12/2021), harga saham KAEF turun 0,41 persen atau 10 poin ke level 2.440. Sepanjang tahun berjalan, harga sahamnya turun 42,59 persen, sedangkan kapitalisasi pasar sebesar Rp13,55 triliun.