Bisnis.com, JAKARTA – Reksa dana syariah berbasis aset saham diyakini menawarkan potensi return yang menarik pada 2022 seiring dengan prospek pemulihan ekonomi dan daya beli masyarakat.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto memaparkan, kinerja reksa dana syariah sepanjang tahun ini tidak berbeda jauh dengan reksa dana konvensional. Hal ini sejalan dengan pergerakan harga saham dan obligasi syariah dengan konvensional yang cenderung serupa.
“Faktor yang mempengaruhi kinerja reksa dana konvensional saat ini masih sama dengan sentimen penggerak reksa dana syariah,” jelasnya saat dihubungi Bisnis pada Senin (27/12/2021).
Rudiyanto menuturkan, prospek kinerja reksa dana syariah pada 2022 akan cenderung lebih baik dibandingkan dengan 2021. Salah satu sentimen utama yang mempengaruhi kinerja reksa dana syariah adalah outlook pemulihan ekonomi.
Ia menjelaskan, seiring dengan prospek berjalannya pemulihan ekonomi, aktivitas perekonomian juga turut naik. Hal tersebut akan berimbas terhadap kinerja reksa dana syariah saham seiring dengan perbaikan kinerja keuangan emiten-emiten.
Sementara itu, untuk reksa dana syariah berbasis obligasi, inflasi rendah akan menjadi sentimen positif yang akan diimbangi dengan potensi kenaikan suku bunga yang dapat menekan pasar surat utang.
Baca Juga
“Kedua jenis reksa dana seharusnya masih bisa memberikan return positif dengan perkiraan reksa dana jenis saham akan lebih baik di tahun 2022,” lanjutnya.
Sementara itu, Direktur Avrist Asset Management Farash Farich menuturkan, reksa dana syariah berbasiskan saham menawarkan potensi return yang menarik pada 2022. Hal ini seiring dengan kinerja harga saham nonfinansial yang merupakan portofolio utama reksa dana saham syariah masih cenderung melemah.
“Menurut saya ini menjadi menarik karena valuasi jadi lebih murah dan potensi pemulihan ekonomi di tahun depan akan jadi pendorong utama reksa dana saham syariah,” ujarnya.
Menurut Farash, pemulihan ekonomi di tahun depan akan turut mengerek naik daya beli masyarakat serta angka inflasi. Sentimen tersebut akan berdampak positif ke pasar saham.
Adapun, Farash mengatakan, sepanjang tahun ini kinerja reksa dana syariah pasar uang dan pendapatan tetap masih menjadi yang terbaik. Hal tersebut seiring dengan kemunculan varian baru virus corona yang menimbulkan ketidakpastian dan meningkatkan risiko di pasar.
“Permintaan investor terhadap reksa dana syariah berbasis obligasi dan pasar uang pada tahun ini tinggi karena likuiditas investor keuangan masih besar,” katanya.