Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah masa pandemi, bank konvensional dengan rekam jejak pembagian dividen jumbo masih membukukan laba tinggi. Siapakah yang patut dikoleksi?
Head of Capital Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjagokan tiga emiten bank. Yaitu, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI).
Adapun ketiga emiten termasuk dalam indeks High Dividend 20. Selama tahun berjalan ketiganya telah mengalami penguatan dan menjadi penopang pertumbuhan indeks.
BBCA sebesar 9,71 persen, sedangkan BBNI 8,52 persen dan BBRI meningkat 3,21 persen. Masing-masing price earning (PE) perseroan terpantau di level 29,09 kali, 12,14 kali dan 24,07 kali.
"Saham yang saya sukai [dalam indeks tersebut adalah] saham perbankan seperti BBCA, BBNI, dan BBRI," katanya kepada Bisnis baru-baru ini.
Wawan menambahkan emiten yang masuk IDX high dividend memang umumnya akan membagi laba bersih sepanjang masih mendapatkan profit. Sementara untuk nomina pembagian, umumnya akan meningkat sesuai dengan pendapatan masing-masing emiten.
Baca Juga
Berkaca dari laporan keuangan kuartal III/2021, pendapatan operasional BBCA tercatat Rp57,6 triliun atau naik 3,1 persen year on year (yoy). Sementara itu, laba bersih tumbuh 15,8 persen yoy menjadi Rp23,2 triliun, ditopang oleh penurunan biaya operasional dan biaya provisi kredit yang lebih rendah.
Adapun, BBNI mencetak kinerja solid yang tercermin dari perolehan laba mencapai Rp7,7 triliun sepanjang periode Januari-September 2021, atau tumbuh 73,9 persen secara year on year (yoy). Sementara, BBRI berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 19,07 triliun hingga kuartal ketiga 2021. Realisasi itu melesat 34,74 persen. dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu
Di sisi lain, Wawan menambahkan terkait pandemi terdapat beberapa emiten yang mengalami penurunan pendapatan. Maka itu, emiten-emiten itu dapat menurun pembagian dividennya. Meski demikian, dia mengingatkan investor agar selalu setia dengan fundamental dan prospek bisnis perseroan.
"Valuasi rendah, seperti PE yang rendah umumnya adalah cermin dari ekspektasi pendapatan emiten dimasa datang oleh investor, jadi tetap fokus pada fundamental dan prospek bisnis masing-masing emiten baru melihat valuasi," ungkapnya.
Selain itu, Wawan memperkirakan jika tahun depan adalah tahun recovery ekonomi. Dengan begitu ada potensi IHSG akan bisa menuju 7.400 sampai dengan 7.500. "Jadi untuk IDX high div juga besar kemungkinan menguat karena memang isi sahamnya beberapa merupakan penggerak bursa," pungkasnya.