Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Harga Produsen AS Melonjak, Wall Street Dibuka Melemah

Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,21 persen ke level 35.590,88, sedangkan indeks S&P 500 melemah 0,66 persen ke 4.638.
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat melemah pada awal perdagangan Selasa (14/12/2021) setelah indeks harga produsen mencatatkan lonjakan bulan November 2021.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,21 persen ke level 35.590,88, sedangkan indeks S&P 500 melemah 0,66 persen ke 4.638.

Lonjakan inflasi telah memberi tekanan pada pembuat kebijakan untuk bertindak. The Fed, yang akan menyelesaikan pertemuan terakhirnya tahun 2021 pada hari Rabu, diperkirakan akan mempercepat program tapering dan memperkirakan kenaikan suku bunga tahun depan.

Sementara itu, European Central bank dan Bank of England juga akan mengumumkan keputusan kebijakan pekan ini.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan indeks harga produsen (PPI) naik 9,6 persen pada November 2021 dari tahun sebelumnya (yoy) dan 0,8 persen dari Oktober 2021. Kedua data ini melampaui perkiraan ekonom.

Data PPI menambah tekanan inflasi setelah pekan lalu indeks harga konsumen tercatat naik 6,8 persen pada November (yoy), laju tahunan tercepat dalam hampir 40 tahun.

"Laporan PPI pagi ini menunjukkan bahwa pandangan konsensus terus mengecilkan kekuatan dorongan inflasi yang mengalir melalui ekonomi AS," tulis Michael Shaoul, chief executive officer Marketfield Asset Management, dikutip Bloomberg, Selasa (14/12/2021).

Sementara itu, kepala analis Quill Intelligence Danielle DiMartino Booth mengatakan ada risiko bahwa inflasi telah mengakar dalam rumah tangga. “Hal ini selanjutnya menekan pembuat kebijakan di The Fed untuk lebih agresif dalam sikap pengetatan mereka," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper