Bisnis.com, JAKARTA – Selama lima hari terakhir terdapat perbedaan nasib yang jelas antara saham PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) dengan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) meski keduanya saling terafiliasi.
Kedua perusahaan merupakan bagian dari saham sektor teknologi. Namun, berdasarkan data Bloomberg sektor tersebut tengah mengalami koreksi 3 persen atau 261 poin.
Dalam rentang lima hari antara 2 Desember hingga 7 Desember, sektor anyar itu telah turun ke posisi 8.451 dari 8.712. Penyebabnya adalah koreksi yang terjadi pada saham Bukalapak secara berturut-turut.
Sampai dengan Selasa (7/12/2021), saham emiten berkode BUKA itu turun sejauh 16,47 persen ke posisi Rp426. Hal itu membuat perseroan menjadi pemberat utama yang mendorong turun indeks teknologi.
Setidaknya, perseroan bekontribusi atas 84,52 persen pergerakan indeks teknologi. Sementara di sisi lain, EMTK yang merupakan salah satu pengendali BUKA justru berupaya menopang dengan pertumbuhan 2,34 persen dalam rentang waktu yang sama.
EMTK naik 65,49 poin menjadi Rp1.965 per saham. Unit usaha keluarga Sariaatmadja itu berkontribusi atas pegerakan indeks sebesar 25,09 persen. Adapun emiten lain yang berusaha ikut menopang adalah TECH, ZYRX dan DIVA.
Baca Juga
Namun kecilnya kapitalisasi ketiga emiten itu bila dibandingkan dengan BUKA, membuat indeks teknologi mesti tersungkur. Sementara penghuni lain yang berkapitalisasi besar seperti DCII, MCAS dan DMMX pun mengalami koreksi.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan dengan kejadian Bukalapak, seharusnya investor belajar dari pengalaman. Sebagaimana diketahui, saham BUKA terus mengalami kebakaran bahkan menjauh dari harga penawaran.
“Investor akan belajar dari BUKA dan menyesuaikan ekspektasi yang ada. Efeknya mungkin IPO emiten teknologi berikutnya memiliki valuasi yang tidak ‘semahal’ Bukalapak,” katanya kepada Bisnis pada Selasa (7/12/2021).
Meski demikian, bukan berarti unicorn lain tidak bisa menghimpun dana sebesar Bukalapak. Wawan menjelaskan valuasi dengan nominal akan berbeda, misalnya GoTo meski valuasi lebih murah bisa saja nominal IPO-nya memecahkan rekor lagi.
Selain itu, Wawan berpendapat emiten-emiten sektor teknologi masih memiliki prospek yang cerah. Dia berpesan bahwa cara pandang terhadap sektor anyar itu memang berbeda dengan emiten konvensional.