Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Emiten Anyar Bergerak Variatif, Dampak Mekanisme Baru BEI?

Penurunan kinerja saham IPO kemungkinan lebih disebabkan oleh perilaku investor yang sulit ditebak.
Direktur PT Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi (kedua kiri), didampingi Direktur Hasan Fawzi (dari kiri), Direktur Laksono W. Widodo, dan Direktur I Gede Nyoman Yetna memantau langsung pergerakan perdagangan harga saham melalui layar monitor elektronik di  Jakarta, Juman (13/3/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak ke level 4.656,031 sesaat setelah perdagangan saham dibuka kembali .  Perdagangan saham sempat dihentikan sementara pada pukul 09.15 WIB. Bisnis/Dedi Gunawan
Direktur PT Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi (kedua kiri), didampingi Direktur Hasan Fawzi (dari kiri), Direktur Laksono W. Widodo, dan Direktur I Gede Nyoman Yetna memantau langsung pergerakan perdagangan harga saham melalui layar monitor elektronik di Jakarta, Juman (13/3/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak ke level 4.656,031 sesaat setelah perdagangan saham dibuka kembali . Perdagangan saham sempat dihentikan sementara pada pukul 09.15 WIB. Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Performa saham emiten anyar yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia hari ini, Senin (6/12/2021), terpantau beragam di tengah pemberlakuan mekanisme pre closing dan penutupan kode broker.

Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (6/12/2021), saham PT Wira Global Solusi Tbk. (WGSH) menjadi satu-satunya emiten yang terpantau bertahan di zona hijau sejak awal perdagangan. WGSH terpantau naik 10 persen menjadi Rp154 hingga pukul 14.26 WIB.

Sementara itu, saham emiten konsumen PT Cisarua Mountain Dairy Tbk. (CMRY) perlahan bangkit dari kejatuhan sesaat setelah perdagangannya dibuka di pasar sekunder. Saham CMRY sempat turun hingga ke level Rp2.870 dari harga pembukaan pada Rp3.080.

Sementara itu, saham PT Widodo Makmur Perkasa Tbk. (WMPP) dan PT Jaya Swarasa Agung Tbk. (TAYS) tertahan di zona merah sejak perdagangan dibuka. Saham WMPP saat ini masih melemah 3,12 persen menjadi Rp155, sementara TAYS turun 6,67 persen ke posisi Rp6,67 persen.

Terkait hal tersebut, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Laksono W. Widodo mengatakan, lesunya performa emiten-emiten debutan tersebut belum tentu disebabkan oleh pemberlakuan mekanisme-mekanisme perdagangan tersebut.

Ia mengatakan, penurunan kinerja tersebut kemungkinan lebih disebabkan oleh perilaku investor yang sulit ditebak. Selain itu, pada hari pertama pemberlakuan mekanisme ini, proses perdagangan di Bursa terpantau normal.

Laksono menuturkan, hingga penutupan sesi I pada 11.30 WIB, nilai transaksi sekitar Rp7 triliun dengan frekuensi 800 ribu kali. Menurutnya, hal ini masih dalam nilai yang wajar secara harian.

“Kita nggak tahu ya, kemungkinan ini lebih ke investor behavior-nya yang sulit ditebak,” ujar Laksono dalam Konferensi Pers Implementasi Penyesuaian Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas (Pre-Closing) dan Penutupan Kode Broker.

Laksono berharap, pemberlakuan mekanisme pre closing serta penutupan kode broker dapat semakin meramaikan pasar modal Indonesia. Selain itu, dengan ketentuan-ketentuan terbaru ini, likuiditas pasar Indonesia juga dapat semakin melimpah ke depannya.

Ia juga mengimbau kepada para investor untuk semakin cerdas dan melakukan analisa-analisa yang perlu sebelum membeli sebuah saham. Dengan mengetahui kondisi pasar dan menganalisanya, Laksono menuturkan investor dapat mengambil keuntungan yang optimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper