Bisnis.com, JAKARTA - Emiten maskapai BUMN, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. kembali menunda pembayaran kewajiban berkala kupon sukuk global yang jatuh tempo pada Desember 2021.
Sebagai informasi, GIAA memiliki utang sukuk global senilai total US$500 juta yang jatuh tempo 2023. Sebelumnya, perseroan sempat menunda pembayaran kupon sukuk sebesar US$14,87 juta yang jatuh tempo 3 Juni 2021.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Prasetio mengungkapkan penundanaan pembayaran dari kupon sukuk ini dilakukan dengan seksama atas keberlangsungan usaha Garuda di tengah situasi pandemi dan dampakya terhadap industri penerbangan yang belum pulih.
“Penundaan pembayaran kupon sukuk pada periode tahun berjalan 2021 ini menjadi langkah terbaik yang dapat ditempuh Garuda saat ini,” kata dia dalam keterbukaan informasi, Jumat (3/12/2021).
Langkah ini ditempuh guna memastikan keberlangsungan usaha ke depannya dapat terjaga dengan baik, utamanya untuk memastikan komitmen perseroan dalam penyelesaian kewajiban usaha.
GIAA saat ini sedang dalam proses dialog konstruktif dengan para pemangku kepentingan untuk melakukan restrukturisasi utang.
Baca Juga
Sementara itu, emiten berkode GIAA ini berharap untuk terus menyediakan layanan yang aman, andal, dan perjalanan udara berkualitas tinggi.
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyampaikan bahwa langkah ini menandai percepatan proses restrukturisasi dan pemulihan Garuda. Selanjutnya, Garuda mengajak seluruh lessor dan kreditur untuk meninjau skema restrukturisasi komprehensif sebagai basis pertimbangan proses restrukturisasi yang akan dijalankan.
“Proposal [restrukturisasi utang] menguraikan rencana jangka panjang bisnis Garuda serta sejumlah penawaran dalam pengelolaan kewajiban bisnis kami dengan para lessor, kreditur, dan para pemasok utama,” jelasnya, Selasa (16/11/2021).
GIIA pun memiliki beberapa strategi utama untuk mendukung kegiatan operasionalnya.
Pertama, dari sisi operasi, Garuda mengoptimalkan route network perseroan dengan mengoperasikan rute-rute yang mengkontibusikan keuntungan, dengan fokus awal adalah rute-rute domestik dan rute-rute penerbangan internasional tertentu dengan tujuan pengangkutan kargo.
"Kedua, menyesuaikan jumlah pesawat perseroan sesuai kondisi pasar serta menyesuaikan jenis dan atau tipe pesawat untuk simplifikasi operasional serta mendorong efisiensi biaya," terang manajemen.
Ketiga, GIAA juga terus melakukan negosiasi ulang kontrak sewa pesawat. Keempat, meningkatkan kontribusi pendapatan kargo melalui optimalisasi belly capacity dan digitalisasi operasional.
Kelima, perseroan juga meningkatkan kontribusi pendapatan ancillary melalui product unbundling dan ekspansi produk yang ditawarkan.
Selain itu, negosiasi dan hasil kesepakatan dengan para kreditur yang telah berhasil dilakukan antara lain penangguhan pokok dan bunga oleh kreditur perbankan.