Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obligasi Korporasi: Tinggi Peminat, Tapi Pasokan Terbatas

Hingga Oktober 2021, outstanding obligasi korporasi tercatat mencapai Rp422,84 triliun. Nilai tersebut terpaut tipis dengan pencapaian outstanding obligasi korporasi sepanjang 2020 yang mencapai Rp425,71 triliun.
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Analis mengungkapkan penerbitan obligasi korporasi pada tahun ini memang sedikit menurun. Namun dari sisi minat investor dinilai masih cukup tinggi. 

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada minggu kedua November 2021, hingga Oktober 2021, outstanding obligasi korporasi tercatat mencapai Rp422,84 triliun. Nilai tersebut terpaut tipis dengan pencapaian outstanding obligasi korporasi sepanjang 2020 yang mencapai Rp425,71 triliun.

Namun dari sisi volume, sepanjang sepuluh bulan pertama 2021 volume obligasi korporasi sebanyak Rp288,03 triliun. Jumlah tersebut turun jika dibandingkan volume obligasi korporasi sepanjang 2020 yang mencapai Rp377,54 triliun.

Kemudian dari sisi frekuensi, hingga akhir Oktober 2021, obligasi korporasi memiliki frekuensi 27.604. Sementara, sepanjang 2020, frekuensi mencapai 37.708.

Director & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Aset Manajemen Ezra Nazula menilai obligasi korporasi pada tahun ini menerima permintaan yang cukup tinggi sedangkan dari sisi pasokan terbatas. 

Oleh sebab itu, Ezra menyampaikan dengan investor terus mencari yield dengan kondisi suku bunga rendah dan yield obligasi pemerintah menurun maka tendensi nya adalah untuk membeli di IPO dan tidak memperjualbelikan obligasi korporasi. 

“Sehingga dari sisi volume dan frekuensi perdagangan menurun lebih karena investor buy and hold dan ingin menikmati kupon,” terang Ezra kepada Bisnis, Rabu (1/12/2021). 

Mengingat minat yang tinggi dari investor tersebut, Ezra pun berpandangan bahwa prospek obligasi korporasi tetap bagus kedepannya. Menurutnya dengan pemulihan ekonomi maka perusahaan akan melakukan ekspansi usaha dan membutuhkan dana sehingga penerbitan meningkat. 

Kemudian lanjutnya juga didukung dengan permintaan akan terus tinggi selama suku bunga masih rendah dan spread menarik di atas obligasi pemerintah. 

“Tentunya pilihan obligasi korporasi adalah tetap di sektor non cyclical dan lebih bertahan saat ketidakpastian ekonomi dan pemilihan ke perusahaan yang rating tinggi, fundamental nya strong, sehingga memiliki cash flow kuat utk dapat membayar kembali hutangnya,” jelas Ezra. 

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan saat dihubungi di kesempatan berbeda menyatakan bahwa sepanjang tahun ini penerbitan obligasi korporasi memang turun. Hal tersebut dikarenakan merebaknya varian delta Covid-19. 

Kejadian tersebut mendorong pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat di pertengahan tahun yang berlangsung dalam beberapa bulan.  

“Itu membuat banyak emiten menunda untuk ekspansinya sehingga pendanaannya pun mundur jadi yang tadinya mungkin direncanakan pertengahan tahun tapi waktu itu varian delta sedang tinggi-tingginya jadinya ditunda,” jelas Wawan saat dihubungi Bisnis, Rabu (1/12/2021). 

Dari sisi investor, Wawan menyebutkan meski cukup tinggi peminat tetapi investor juga memilih untuk wait and see. Menurutnya investor akan lebih tertarik pada kupon yang lebih tinggi, tetapi  sekaligus juga menghadapi ketidakpastian. 

Wawan pun mengungkapkan untuk tahun mendatang, prospek dari obligasi masih bagus baik dari sisi emiten yang menerbitkan maupun minat investor. Akan tetapi penerbitan obligasi korporasi juga akan dipengaruhi oleh dua sentimen. 

Pertama adalah pertumbuhan ekonomi dengan kunci utama di bidang kesehatan. Menurut Wawan, selama Covid-19 bisa terkendali maka pemulihan ekonomi tidak akan mengalami hambatan. 

“Jadi sepanjang itu berlangsung investor akan semakin percaya diri untuk membeli obligasi apalagi memang kalau emitennya yang diproyeksikan diuntungkan dengan recovery ekonomi,” jelasnya.  

Wawan juga mencontohkan emiten yang menerbitkan obligasi korporasi dalam jumlah besar juga diminati oleh investor seperti TOWR. Selain itu, menurutnya emiten seperti INKP juga diminati investor karena merupakan salah satu emiten yang kinerjanya baik pada tahun ini. 

Sentimen lain yang mempengaruhi penerbitan obligasi korporasi menurutnya adalah ketidakpastian suku bunga. Di mana Amerika Serikat yang diproyeksikan dengan inflasi yang tinggi, sehingga menurut Wawan adanya kekhawatiran kenaikan suku bunga yang tidak terhindarkan di tahun depan dan akan berdampak di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper