Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Saham Indonesia mengalami black friday pada hari ini, Jumat (26/11/2021). Peristiwa anjloknya bursa itu tercermin dengan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan hingga 2,06 persen secara harian ke level 6.561,55.
Meski harga ini bukan yang terendah, karena trading halt atau penghentian perdagangan ditetapkan di atas 5 persen, turunnya IHSG terjadi dari sesi I perdagangan hingga bursa ditutup untuk perdagangan pekan ini.
Kondisi turunnya IHSG dengan tajam ini bagaikan dejavu peristiwa black friday pertama kali digunakan dalam masa krisis keuangan Amerika. Lebih spesifik, krisis pasar emas Amerika pada 24 September 1869.
Dua bandar Wall Street yakni Jay Goul dan Jim Fisk, memborong di pasar emas. Akibatnya harga terdorong naik dan menjual saat harga mencapai rekor. Namun konspirasi ini akhirnya terbongkar, membuat harga emas rontok dan kemudian diikuti dengan anjloknya harga saham.
Sementara itu, saat IHSG anjlok, investor asing tercatat melakukan jual bersih sebesar Rp185,16 miliar secara harian.
Deretan saham yang dilego oleh asing itu sebagian besar berasal dari kelompok LQ45 seperti BBCA, BUKA, BMRI, BBNI dan BBRI.
Baca Juga
Selanjutnya, saham yang dilego investor asing adalah UNTR, ADRO, ASII, SMGR, ISAT, LINK, CPIN, KLBF, ITMG dan TAPG.
Aksi jual oleh investor asing juga terjadi di saham HEAL, GGRM, INTP, SRTG, MTEL, PTBA dan AMRT.
Secara keseluruhan saat IHSG ditutup jatuh sebanyak 476 saham merah, 99 saham hijau dan 98 saham stagnan.
Saham BBCA menjadi yang paling banyak dilego asing senilai Rp322,4 miliar yang membuat harganya ambles 2,02 persen. Menyusul saham BUKA yang dijual Rp108,8 miliar dan harganya anjlok 6,45 persen, serta saham BMRI diobral asing Rp81 miliar dengan harga yang turun 3,40 persen.
Analis Pasar Modal Indonesia Fendi Susiyanto mengatakan, IHSG ambruk bukan karena keputusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan Undang-Undang Cipta Kerja inskonstitusional.
"Kenapa IHSG turun, itu lebih banyak karena outlook atau persiapan diri penerapan tapering off oleh The Federal Reserve. Itu membuat pasar bereaksi negatif," kata Fendi dihubungi Bisnis Jumat (26/11/2021).
Menurut Fendi, hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga terjadi di bursa regional, seperti di Indeks Hang Seng yang turun 2,6 persen, Indeks Nikkei turun 2,53 persen, dan Strait Times Index yang merosot 2,04 persen pukul 15.00 WIB.