Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Ambruk ke Zona Merah, Investor Asing Masih Buru Saham TLKM, BMRI, EMTK

Pada pukul 09.05 WIB, IHSG terpantau melemah 0,46 persen atau 29,47 poin ke 6.667,05.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (26/11/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, melemah 0,16 persen atau 10,78 poin ke level 6.688,57 pada sesi preopening. Pada pukul 09.05 WIB, indeks terpantau melemah 0,46 persen atau 29,47 poin ke 6.667,05.

Tercatat, 147 saham menguat, 225 saham melemah dan 192 saham bergerak di tempat. Investor asing tercatat membukukan aksi net foreign buy sebesar Rp19,74 miliar

Investor asing tercatat membeli saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) sebesar Rp71,6 miliar, atau yang terbanyak sejauh ini. Menyusul di belakangnya adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) senilai Rp2,8 miliar dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) sebesar Rp2,3 miliar.

Sebelumnya, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, sektor transportasi dan logistik, infrastruktur, industri, kesehatan, keuangan, energi, dan industri dasar mendominasi penguatan IHSG kemarin. Investor asing di seluruh pasar membukukan pembelian bersih sebesar Rp48 miliar.

Berdasarkan analisa teknikal, Nico melihat IHSG berpeluang melemah dan diperdagangkan di level 6.650-6.730.

Saham yang menjadi rekomendasi Pilarmas Investindo Sekuritas hari ini adalah KKGI dan MSIN.

Lebih lanjut, menurut Nico sentimen datang dari Gubernur Bank Sentral Korea Selatan Lee Ju Yeoi yang menaikkan tingkat suku bunga sebesar 25 bps pada pertemuan Kamis (25/11/2021) kemarin.

Lee Ju Yeoi mengatakan pengetatan lanjutan mungkin akan kembali terjadi karena adanya risiko inflasi yang terus meningkat dalam pemulihan ekonomi. Bank Sentral Korea merevisi inflasi 2,3 persen untuk tahun ini dan 2 persen untuk tahun 2022.

"Ada potensi harga akan mengalami kenaikan sesuai dengan target yang ditetapkan," ujar Nico dalam risetnya, Jumat (26/11/2021).

Sementara dari dalam negeri, Nico mengatakan akselerasi pertumbuhan teknologi dinilai dapat mempercepat proses pemulihan industri.

"Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 akan mencapai 4,7 persen hingga 3,2 persen," katanya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper