Bisnis.com, JAKARTA - Manajemen PT XL Axiata Tbk. (EXCL) angkat bicara terkait kabar merger dengan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN).
Ranty Astari Rachman, Corporate Secretary EXCL dalam suratnya kepada otoritas bursa menyebutkan sejauh ini tidak terdapat transaksi merger yang dilakukan EXCL dengan pihak FREN.
"Dalam melaksanakan setiap rencana transaksi atau aksi korporasi, Perseroan akan senantiasa memperhatikan dan memenuhi kewajiban kewajiban yang perlu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, termasuk diantaranya ketentuan di bidang pasar modal," jelas Ranty, Kamis (25/11/2021).
Dia menyebutkan samoau saat ini tidak ada kejadian penting yang material dan dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup EXCL yang dapat disampaikan kepada investor publik.
"Dalam hal terdapat informasi material yang terjadi pada Perseroan, informasi material tersebut akan diinformasikan dan diungkapkan oleh Perseroan sesuai dengan ketentuan yang berlaku," jelasnya lebih lanjut.
Sebelumnya, Bloomberg melaporkan induk usaha EXCL, Axiata Group Bhd dan Grup Sinarmas tengah menjajaki opsi merger pada unit usaha di Indonesia, yakni PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN).
Baca Juga
Dalam kabar dari Bloomberg, Jumat (8/10/2021), itu kedua konglomerasi bekerja sama dengan penasihat untuk mempertimbangkan opsi yang juga dapat mencakup kesepakatan seputar berbagi jaringan telekomunikasi mereka. Bloomberg mendasarkan beritanya itu dari dua sumber yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena prosesnya bersifat pribadi.
Diskusi antara kedua belah pihak masih berlangsung dan belum ada kepastian merger.
XL Axiata memiliki 56,8 juta pelanggan per 30 Juni. Perusahaan mencatatkan laba bersih tengah tahun sekitar Rp716 miliar dengan pendapatan hampir Rp13 triliun. Axiata Group menjadi pengendali dengan kepemilikan sekitar 66 persen saham EXCL. Sementara itu, Smartfren, salah satu unit usaha Sinarmas, memiliki 27,9 juta pengguna pada akhir tahun 2020. Perusahaan melaporkan rugi bersih Rp452 miliar atas pendapatan Rp4,95 triliun selama enam bulan pertama tahun 2021.