Bisnis.com, JAKARTA – Melalui Indonesia Investment Authority (INA), tiga Lembaga Pengelola Investasi atau sovereign wealth fund (SWF) lainnya ikut berinvestasi pada saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel yang baru saja tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Chief Investment Officer Mitratel Hendra Purnama dalam acara Coffee Chat yang diselenggarakan Indonesia Investment Education (IIE) menyampaikan lembaga SWF Indonesia yaitu INA melihat Mitratel memiliki fundamental dan potensi yang bagus.
“Atas dasar analisa intelijen yang mereka lakukan, mereka telah memutuskan bahwa Mitratel adalah investasi yang bagus lah untuk mereka. Makanya mereka masuk,” ungkap Hendra dalam acara yang diselenggarakan secara virtual oleh IIE, Rabu (24/11/2021).
Hendra menjelaskan, INA merupakan lembaga yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia yang dibangun untuk membantu perkembangan Indonesia, terutama salah satu sektor infrastruktur yang menjadi fokus investasinya.
Dia menyampaikan, dana yang dimiliki INA tidak hanya berasal dari pemerintah Indonesia saja, melainkan juga berasal dari institusi besar yang ada di berbagai belahan dunia.
Oleh karena itu INA pun mengajak tiga SWF lainnya yaitu Government of Singapore Investment Corporation (GIC), Abu Dhabi Investment Authority (ADIA), dan Abu Dhabi Growth Fund (ADG) untuk turut berinvestasi di saham MTEL.
Baca Juga
“Jadi keemapt SWF ini melihat bahwa Mitratel memiliki fundamental yang sangat bagus. Pertumbuhan ke depan juga yang sangat bagus dan berada di industri yang sangat menarik. Akhirnya mereka memutuskan untuk investasi ke kita,” ungkap Hendra.
Terkait dengan regulasi yang ada, Hendra mengaku belum bisa menyampaikan berapa jumlah investasi yang masuk dari keempat SWF tersebut.
Namun dari informasi yang sudah tersedia sebelumnya, GIC diketahui telah berinvestasi sebanyak 5,3 persen dari total pemegang saham Mitratel. Hendra menyampaikan bahwa SWF lainnya kemungkinan juga berinvestasi dengan persentase yang tidak berbeda jauh dari GIC.
“Untuk jumlahnya berapa, saya belum bisa disclose tapi salah satu yang memang sudah diumumkan contohnya GIC sekitar 5,3 persen dari total pemegang saham. Jadi yang lainnya mungkin enggak beda jauh lah dari area itu,” papar Hendra.