Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Amblas 3 Persen ke Bawah U$80 Akibat Lonjakan Kasus di Eropa

Lonjakan kasus Covid-19 mengancam akan memperlambat pemulihan ekonomi dan konsumsi minyak mentah.
Ilustrasi. Tanki penimbunan minyak./Bloomberg
Ilustrasi. Tanki penimbunan minyak./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak merosot sekitar 3 persen ke bawah US$80 per barel pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena melonjaknya kasus Covid-19 di Eropa.

Lonjakan kasus Covid-19 mengancam akan memperlambat pemulihan ekonomi, sementara investor juga mempertimbangkan potensi pelepasan cadangan minyak oleh ekonomi-ekonomi utama untuk mendinginkan harga, mengutip Antara.

Harga minyak Brent kontrak Januari 2022 anjlok 2,35 poin atau 2,9 persen menjadi US$78,89 per barel. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS kontrak Desember 2021 merosot 2,91 poin atau 3,6 persen menjadi US$76,10 per barel pada hari terakhir kontrak bulan depan.

Sementara itu, harga minyak WTI untuk pengiriman Januari kehilangan sekitar 2,65 persen atau 3,4 persen, menjadi US$75,78 per barel.

Untuk minggu ini patokan harga minyak mentah AS turun 5,8 persen, sementara Brent turun 4,0 persen, berdasarkan kontrak bulan depan. Kedua kontrak acuan melemah untuk minggu keempat berturut-turut, untuk pertama kalinya sejak Maret 2020.

"Ketakutan akan hal yang tidak diketahui membebani sentimen pasar," kata Analis Senior Price Futures, Phil Flynn, di Chicago.

"Kekhawatirannya adalah bahwa kita akan mendapatkan semacam pelepasan (cadangan minyak) terkoordinasi selama Liburan Thanksgiving minggu depan, ketika volume biasanya rendah dan pergerakan dramatis telah terjadi."

Austria menjadi negara pertama di Eropa barat yang memberlakukan kembali penguncian penuh musim gugur ini, untuk mengatasi gelombang baru infeksi Covid-19 di seluruh wilayah. Jerman, ekonomi terbesar Eropa, memperingatkan mungkin juga harus pindah ke penguncian penuh.

Harga minyak Brent telah melonjak hampir 60 persen tahun ini karena ekonomi bangkit kembali dari pandemi dan karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, hanya meningkatkan produksi secara bertahap.

"Pasar (minyak) secara fundamental masih dalam posisi yang baik tetapi penguncian sekarang menjadi risiko yang jelas ... jika negara lain mengikuti jejak Austria," Analis Pasar OANDA, Craig Erlam, mengatakan dalam sebuah catatan.

Gedung Putih pada Jumat (19/11/2021) menekan kelompok produsen OPEC lagi untuk mempertahankan pasokan global yang memadai, beberapa hari setelah diskusi AS dengan beberapa ekonomi terbesar dunia mengenai potensi pelepasan minyak dari cadangan strategis untuk memadamkan harga energi yang tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Hafiyyan
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper