Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ST008 Laku Keras, Ini Penyebab Green Sukuk Menarik

Green sukuk seperti ST008 akan memberikan nilai yang lebih kepada investor karena tujuan investasinya yang berwawasan lingkungan.
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Pemesanan sukuk tabungan (ST) seri ST008 telah resmi berakhir hari ini, Rabu (17/11/2021). Bahkan telah mencapai target yang ditetapkan pemerintah sebelum masa penawaran berakhir. Analis pun menilai terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini.

ST008 sendiri merupakan green sukuk ritel yang menunjukkan komitmen dan kontribusi pemerintah dalam mengembangkan pasar uang syariah serta dalam mengatasi perubahan iklim.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengungkapkan variasi produk ini adalah salah satu yang menarik minat dari investor ritel untuk ikut serta berpartisipasi membeli ST008 di samping memang kuponnya yang cukup menarik.

Ramdhan menjelaskan bahwa green sukuk ini akan memberikan nilai yang lebih kepada investor karena tujuan investasinya turut berwawasan lingkungan.

“Sebagai investor mereka yang membeli instrumen ini [ST008] lebih merasa bahwa investasi mereka selain mendapatkan return juga dapat mendukung pelestarian lingkungan. Dikemas oleh penerbit sebagai pemberi nilai tambah, dan itu sangat baik sebetulnya,” ungkap Ramdhan kepada Bisnis, Rabu (17/11/2021).

Produk green sukuk sendiri menurut Ramdhan adalah kreatifitas dari penerbit agara serapan dana dari surat berharga negara (SBN) akan lebih baik dan memperkuat likuiditas pasar.

Ramdhan pun menyampaikan bahwa prospek green sukuk ke depannya akan lebih baik mengingat edukasi di masyarakat semakin baik dan juga terjadi pendalaman pasar.

Secara keseluruhan, dia melihat potensi perkembangan pasar SBN ritel di Indonesia juga masih luas, mengingat jumlah investor yang saat ini berkembang pesat.

Sementara itu, Ramdhan menilai pasar SBN ritel dalam setahun ini pertumbuhannya baik dari sisi jumlah penerbitannya, maupun pendalaman pasarnya. Apalagi penerbitan SBN ritel tahun ini mencapai 6 kali, sedangkan pada beberapa tahun sebelumnya sebanyak dua atau tiga kali.

“Kalau saya lihat respon pasar cukup baik. Apalagi di masa pandemi begini likuiditas di pasar itu meningkat,” ungkapnya.

Menurutnya, karena pandemi Covid-19, masyarakat mengalihkan dana yang awalnya untuk konsumsi ke investasi dan salah satunya melalui SBN ritel.

Selain itu, Ramdhan menjelaskan bahwa kebutuhan pembiayaan pemerintah dari surat utang sudah tercukupi sehingga dalam beberapa penawaran SBN ritel terakhir, sebelum jadwal masa penawaran berakhir SBN ritel tersebut telah laku terjual.

Padahal, Ramdhan memperkirakan jumlah penawaran akan bisa menembus angka Rp10 triliun mengingat likuiditas masyarakat yang cukup tinggi.

Berdasarkan data yang dilansir dari salah satu mitra distribusi daring Rabu (17/11/2021) sekitar pukul 10.00 WIB, total penjualan ST008 telah menyentuh Rp5 triliun. Adapun kuota pemesanan pada mitra distribusi tersebut sudah tercatat Rp0 dari target Rp5 triliun.

Jumlah tersebut telah mencapai target pemerintah yang mematok jumlah pemesanan sebesar Rp5 triliun. Adapun, masa penawaran dijadwalkan ditutup pada hari ini, hingga 17 November 2021.

Keunggulan lain dari SBN ritel menurut Ramdhan adalah instrumen ini aman karena telah dijamin Undang-undang dan pengelolaannya hingga pengembaliannya selama ini baik dan sifatnya pun mirip dengan deposito.

Lalu jika dibandingkan dengan deposito sendiri lanjutnya, pajak SBN ritel lebih rendah. Ditambah kuponnya yang memang lebih menarik.

Hal senada juga diungkapkan oleh Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana, dengan potensi pasar yang luas dan masyarakat yang lebih teredukasi mengenai investasi saat ini dia memperkirakan prospek SBN ritel untuk tahun mendatang masih akan positif.

“[Kinerja SBN ritel] sangat positif sih, biasanya maksimal cuma di Rp5 triliun. Tetapi tahun ini saya melihat ada yang Rp16 triliun, ada yang Rp26 triliun,” ungkap Fikri saat dihubungi Bisnis secara terpisah.

Fikri juga memperkirakan bahwa pada tahun pendatang prospek SBN ritel masih akan sangat positif. Menurutnya sebagai game changer utamanya adalah penurunan pajak oleh pemerintah dan juga literasi investor yang semakin tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper