Bisnis.com, JAKARTA - PT PP Presisi Tbk. (PPRE) fokus mengembangkan jasa konstruksi pertambangan sebagai sumber recurring income guna menghasilkan pendapatan yang berkelanjutan. Bisnis tambang jadi pilihan dan disiapkan belanja modal Rp500 miliar.
Rully Noviandar, Direktur Utama PP Presisi, melihat peningkatan harga nikel yang terus bertambah menjadi kabar baik bagi aktivitas pertambangan.
Peningkatan harga ini didorong oleh permintaan akan bahan baku baterai yang ditandai oleh pembangunan smelter dan pabrik pembuatan baterai.
"Kinerja lini bisnis jasa pertambangan yang cukup menggembirakan dalam waktu yang relatif singkat, termasuk mendapat kepercayaan dari salah satu tambang nikel terbesar di Indonesia, mendorong kami semakin fokus mengembangkan jasa pertambangan sebagai sumber recurring income,” urainya dalam paparan publik, Kamis (11/11/2021).
Emiten berkode PPRE ini menargetkan jasa pertambangan akan memberikan kontribusi sebesar 50 persen terhadap pendapatan dan menjadi yang terbesar di antara lini bisnis lainnya pada 2025.
Untuk mencapai tujuan tersebut, anak usaha PT PP (Persero) Tbk. ini telah menyusun winning target 2022 melalui strategi optimalisasi alat berat, peningkatan kapasitas keuangan, peningkatan kapabilitas SDM, penerapan centralize SCM, dukungan IT dan equipment technology, serta peningkatan tata kelola perusahaan.
Baca Juga
"Dengan demikian, jasa pertambangan yang terintegrasi dapat segera terwujud yang akan memberikan better profit, stakeholder value added dan better cashflow," tambah Ruly.
PPRE pun telah menganggarkan belanja modal atau capital expenditure yang diestimasi mencapai Rp500 miliar pada tahun depan.
Sebagian besar dialokasikan sebagai ekspansi belanja modal untuk jasa pertambangan melalui penambahan jumlah alat berat yang dibutuhkan seiring dengan penambahan kontrak baru.
Benny Pidakso, Direktur Keuangan PP Presisi, menerangkan guna membiayai belanja modal tersebut, perseroan berencana mengeluarkan obligasi pada kuartal II/2022.