Bisnis.com, JAKARTA - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. atau Mitratel mengantongi kontrak backlog sewa menara telekomunikasi sekitar Rp30,7 triliun hingga 2030. Nilai kontrak ini menjadi modal kinerja perseroan menuju go public.
Direktur Utama Telkom Indonesia Ririek Adriansyah mengungkapkan proses penawaran umum perdana saham anak usahanya tersebut sedang berlangsung dan saham perdana ini akan tercatat di bursa pada 22 November 2021.
"Salah satu keunggulan kami [Mitratel] memiliki pendapatan besar dengan backlog kontrak Rp30,7 triliun. Pertumbuhan revenue 17 persen dan EBITDA 36 persen pertumbuhannya tahunannya," urainya, dalam Rapat Dengar Pendapat di Komisi VI DPR, Rabu (10/11/2021).
Mitratel disebut memiliki 6 keunggulan dibandingkan dengan provider menara lainnya. Selain terdapat backlog kontrak, cakupan menara Mitratel berada di seluruh nusantara dengan 57 persen di luar Jawa. Hal ini membuat Mitratel dapat mengelola kerja sama tambahan dari para penyewa menara telekomunikasi.
Selain itu, Mitratel dianggap paling siap melayani ekspansi operator di luar Jawa yang meningkatkan portofolio kolokasi. Pertumbuhan pendapatan per tahun naik 17 persen dan pertumbuhan EBITDA hingga 36 persen dan menjadi pemimpin pertumbuhan di industrinya.
Mitratel disebut memegang kualitas tenant terbaik dengan Telkomsel sebagai anchor tenant dengan 50 persen revenue share. Adapun revenue share dengan operator terbesar yakni Telkomsel, XL, dan Indosat mencapai 85 persen.
Baca Juga
Sinergi dengan Telkom Group juga menjadi salah satu keunggulan Mitratel. Berdasarkan prospektus yang diterbitkan pada Harian Bisnis, Mitratel mencatatkan laba bersih sebesar Rp700,7 miliar per Juni 2021. Jumlah itu naik 356 persen dibandingkan dengan tahun lalu senilai Rp153,7 miliar.
Adapun top line perseroan tercatat pada posisi Rp3,22 triliun. Jumlah itu juga naik 11 persen dari posisi tahun lalu Rp2,90 triliun.
Sementara menilik dari hasil laporan tahunan, Mitratel kerap mencatatkan pertumbuhan pendapatan setiap periode. Sejak 2018 hingga 2020, Mitratel mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 10,6 persen, 17,8 persen dan 16,2 persen.
Dari sisi bottom line, Mitratel juga mengalami pertumbuhan selama tiga tahun. Masing-masing sebesar 10,4 persen, 9,7 persen dan 22 persen.
Mitratel menawarkan hingga 25,54 miliar saham ke publik. Jumlah itu setara dengan 29,85 persen dari modal yang disetor dan ditempatkan. Anak usaha Telkom itu melepas saham dengan kisaran harga antara Rp775 per saham hingga Rp975 per saham.