Bisnis.com, JAKARTA – Entitas anak PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel dikabarkan telah menetapkan harga untuk penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham yang akan dilakukan akhir November mendatang.
Berdasarkan laporan Bloomberg pada Jumat (5/11/2021), Mitratel dikabarkan mematok harga saham sebesar Rp800 untuk melepas saham perdananya.
Dengan harga tersebut, Mitratel berpotensi meraih dana segar sebesar US$1,3 miliar atau Rp20,43 triliun, sedikit dibawah jumlah yang dikumpulkan PT Bukalapak.com (BUKA) sebesar US$1,5 miliar atau sekitar Rp21,26 triliun.
Jumlah tersebut juga membawa nilai penggalangan dana melalui bursa Indonesia ke posisi US$3,4 miliar pada tahun ini, melewati catatan pada 2010 lalu sebesar US$3 miliar.
Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama mengatakan permintaan investor terhadap saham Mitratel sangat baik. Pihaknya juga mengapresiasi antusiasme pemilik modal yang hendak membeli saham Mitratel.
Mitratel telah memiliki lebih dari 28 ribu menara telekomunikasi di seluruh Indonesia. Lebih dari 50 persen menara yang dimiliki perusahaan tersebut berlokasi di luar Pulau Jawa.
Baca Juga
Sebelumnya, Hendra mengatakan pihaknya akan menggunakan dana hasil IPO untuk membeli 6 ribu unit menara telekomunikasi tambahan. Mitratel juga akan berfokus pada ekspansi di sektor 5G ke Asia Tenggara serta wilayah Asia lainnya.
Mitratel awalnya berencana melepas 19,54 miliar saham ke publik. Jumlah itu setara dengan 29,85 persen dari modal yang disetor dan ditempatkan. Anak usaha plat merah itu akan melepas saham dengan kisaran harga antara Rp775 per saham hingga Rp975 per saham.
Adapun nilai nominal dari tiap saham mencapai Rp228. Selain itu seluruh pemegang saham memiliki hak yang sama dan sederajat dalam segala hal.
Lembaga pengelola investasi pemerintah Indonesia, Indonesia Investment Authority, telah menaruh dana sekitar US$500 juta hingga US$800 juta untuk membeli saham Mitratel.
Mitratel telah menunjuk HSBC Holdings Plc, JPMorgan Chase & Co., Morgan Stanley, PT BRI Danareksa Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin emisi efek.