Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara China kembali memanas, mengakhiri penurunan selama 10 hari berturut-turut sampai separuh dari nilai tertingginya.
Seperti dilansir Bloomberg, Rabu (3/11/2021) harga batu bara di China melambung lantaran kebutuhan listrik untuk pemanas diperkirakan meningkat mengingat musim dingin pada November ini diperkirakan lebih dingin dari tahun-tahun sebelumnya.
Para trader mempertimbangkan ketatnya pasokan dibandingkan dengan pertimbangan kebijakan dari pemerintah untuk menahan agar harga tak naik terlalu tinggi.
Untuk mendorong produksi batu bara, pemerintah China sudah membuka kembali tambang lama, mempercepat pengeluaran perizinan dan melonggarkan sejumlah aturan keamanan kerja.
Pemerintah China juga turut mengatur harga untuk memastikan pembangkit listrik dapat insentif untuk bisa menggunakan seluruh kapasitasnya agar kebutuhan listrik terpenuhi.
BErdasarkan data Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu Bara China, hasil produksi batu bara di wilayah tambang utama Ordos tercatat tumbuh 15 persen pada Oktober dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi 2,23 juta ton per hari.
Baca Juga
Hasil produksi tersebut telah melampaui jumlah konsumsi pembangkit listrik untuk selama 25 hari. Sementara itu, pasokan juga naik 36 persen sejak akhir September.
Berdasarkan dari Bloomberg, pada Rabu (3/11/2021), harga batu bara thermal di pasar Zhengzhou Commodity Exchange naik 9,7 persen, ditutup di 978 yuan atau setara dengan US$152,84 per ton.
Harga tersebut merupakan kenaikan pertama kalinya sejak menyentuh rekor pada 19 Oktober 2020. Sejak saat itu, harga batu bara turun hingga lebih dari 50 persen dalam 10 sesi perdangangan, terpanjang sejak Maret 2015.