Bisnis.com, JAKARTA – Reksa dana pasar uang diyakini masih akan menjadi motor penggerak industri hingga tahun depan. Outlook kinerja yang positif seiring dengan potensi kenaikan suku bunga menjadi salah satu sentimen utama.
Laporan dari Infovesta Utama mencatat, hingga akhir Oktober 2021 kinerja reksa dana pasar uang berada di level 2,79 persen secara year to date (ytd). Laporan tersebut menyebutkan tren suku bunga rendah yang dipertahankan di level 3,5 persen turut berpengaruh pada imbal hasil reksa dana pasar uang.
Wawan Hendrayana menyebutkan, minat investor terhadap instrumen masih sangat besar. Hal tersebut terlihat dari kenaikan jumlah dana kelolaan pada reksa dana pasar uang sepanjang tahun ini.
Menurutnya, minat investor ditopang oleh sifat reksa dana pasar uang yang menawarkan kinerja setara dengan deposito dan dengan likuiditas hampir setara tabungan. Hal ini membuat reksa dana menjadi instrumen yang tepat untuk menaruh dana secara sementara sebelum dipindahkan ke instrumen lebih berisiko.
“Kemudahan transaksi juga membuka investor baru untuk terus masuk. Hingga tahun depan pun saya melihat pasar uang masih akan jadi motor penggerak industri reksa dana,” ujarnya saat dihubungi Bisnis pada Selasa (2/11/2021).
Wawan menambahkan, kinerja reksa dana pasar uang sejauh ini ontrack sesuai target awal tahun pada kisaran 3 persen hingga 3,5 persen.
Baca Juga
“Dari sisi kinerja memang tidak setinggi tahun lalu karena suku bunga mengalami penurunan,” jelasnya.
Ia melanjutkan, hingga akhir tahun kinerja reksa dana pasar uang masih dapat menyentuh kisaran 3 persen. Hal ini seiring dengan kebijakan Bank Indonesia (BI) yang diprediksi mempertahankan tingkat suku bunga hingga akhir 2021.
Sementara itu, ia menyebutkan isu tapering The Fed dan mulai menguatnya pasar saham tidak akan berimbas signifikan terhadap kinerja reksa dana pasar uang.
“Justru bila ke depannya suku bunga naik, maka kinerja reksa dana pasar uang akan terkatrol,” imbuhnya.